Dialog Imajiner Dengan Mas Willy


Berbicara Dengan Tubuh Kita Sendiri, Tak Hanya Pikiran.


Siang itu aku tergagap. Mas Willy datang tergopoh-gopoh mendatangiku. Dengan sontak dia membentakku tanpa mula.

"Hei Cung, apa yang kau ketahui tentang sastra?", bentak Mas Willy.

Sacung, itu panggilan darinya untukku. Hanya untukku.

"Sastra itu membelitkan makna pada kata Mas...", aku jawab seadanya.

Pikiranku belum menyatu dengan tubuhku. Aku masih terkaget-kaget dengan kedatangannya yang seperti petir.

"Bodoh! Kau pikir sastra itu hanya kiasan makna? Haha, bukan main dungunya kau!", Mas Willy menimpali. Dia masih tertawa keras terbahak.

"Asal kau tahu, sastra itu adalah bahasa kepada diri kita. Cara berkomunikasi kita terhadap diri kita sendiri, itulah sastra!", Mas Willy masih berbicara.

"Apa yang sudah kau lakukan untuk dirimu sendiri? Apa kau selalu mengajak dirimu berbicara? Apa kau sudah kau lakukan, hah?", Mas Willy setengah berteriak.

"Aku suka merenung Mas, mengolah kata pada pikiran kemudian menuangkannya pada kertas. Aku sudah mewakili pikiranku pada huruf yang kutulis.", aku membela diri.

"Cung, aku sudah katakan, sastra itu adalah bahasa kepada diri kita. Apa aku harus mengulanginya puluhan kali agar kau mengerti? Bodoh!", Mas Willy sedikit meradang.

"Dan apa kau kira, dirimu hanya pikiran itu sendiri? Dan bagian yang lain bukan? Sempitnya kau!", lagi-lagi Mas Willy berbicara sedikit keras.

"Dirimu bukan sebatas pikiran. Kau masih punya jantung, tangan, kaki mata, hidung dan lain sebagainya. Dan juga kemaluan. Apa kau punya? Atau jangan-jangan kau tak punya satupun! Hahahaha...", Mas Willy tertawa. Dan aku masih mendengarkan ucapannya meski masih belum juga kupahami.

"Ajaklah dirimu berbicara. Ajaklah setiap bagian dari tubuhmu berbicara. Ucapkan terimakasih pada mereka. Tanpa mereka, kau hanya jiwa tak berbentuk. Tanpa mereka, kau hanya gelombang tak kentara. Kau tentu sudah sering berdiskusi dengan ratusan orang, mengobrol dengan ribuan orang, atau apapun bentuk komunikasi dengan orang lain. Tapi sudah seringkah kau berkomunikasi dengan dirimu sendiri? Kau sudah menerima banyak sesuatu dari orang lain. Hadiah, jabatan, pangkat, atau apapun bentuknya. Tapi, sudahkah kau berterimakasih pada dirimu sendiri? Hingga kau merasa harus berterimakasih pada Tuhan? Bahwa sebenarnya dirimulah yang menopang semuanya, bahwa Tuhan yang memberikan kekuatan pada dirimu?", kali ini mas Willy melembut. Aku sedikit agak tenang. Mencerna perlahan semua kata-kata langitnya.

"Cung, ingat kataku. Sejatinya, semua jawaban permasalahan hidup itu, ada dalam diri kita. Apapun itu. Tinggal kita mampu mencarinya ke dalam diri, atau enggan memancingnya keluar. Dan itulah yang disebut dengan sastra. Berbahasa dengan diri sendiri.", tutur Mas Willy.

Mas Willy mengeloyor pergi. Sama tiba-tibanya ketika dia datang. Tanpa sapa, tanpa salam, tanpa pertanda apapun.

Aku masih mengunyah pelan-pelan sabdanya. Ah, aku ini terlalu bodoh. Atau terlalu malas? Jutaan hikmah keluar dari mulutnya, tapi aku bebal menerimanya. Dasar Sacung!

10 februari 2011
09:57
San Disco Reaggefornia - jason mraz
berbicaralah, dan ucapkan terimakasih, pada dirimu sendiri.

1 kata-kata:

Mentari pagi mengatakan...

wah, ini kejadian nyatakah?