Kompetisi bagi Wirausahawan Sosial Kembali Dibuka!

British Council kembali membuka kesempatan bagi Anda, wirausahawan sosial Indonesia, untuk bersaing dalam Arthur Guiness Fund-Community Entrepreneurs Challenge gelombang II.
Untuk informasi lebih lengkap, kunjungi http://www.britishcouncil.org/indonesia-entrepreneurship-cec.htm

Chairil Anwar, Sekali Berarti Sesudah itu Mati!

AKU

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943

Chairil Anwar (lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922 – meninggal di Jakarta, 28 April 1949 pada umur 26 tahun) atau dikenal sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku [2]) adalah penyair terkemuka Indonesia. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 dan puisi modern Indonesia.

Dilahirkan di Medan, Chairil Anwar merupakan anak tunggal. Ayahnya bernama Toeloes, mantan bupati Kabupaten Indragiri Riau, berasal dari Taeh Baruah, Limapuluh Kota, Sumatra Barat. Sedangkan ibunya Saleha, berasal dari Situjuh, Limapuluh Kota. [1] Dia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. [2]
Chairil masuk sekolah Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi waktu masa penjajahan Belanda. Dia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah menengah pertama Hindia Belanda, tetapi dia keluar sebelum lulus. Dia mulai untuk menulis sebagai seorang remaja tetapi tak satupun puisi awalnya yang ditemukan.
Pada usia sembilan belas tahun, setelah perceraian orang-tuanya, Chairil pindah dengan ibunya ke Jakarta di mana dia berkenalan dengan dunia sastra. Meskipun pendidikannya tak selesai, Chairil menguasai bahasa Inggris, bahasa Belanda dan bahasa Jerman, dan dia mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti: Rainer M. Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff dan Edgar du Perron. Penulis-penulis ini sangat memengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung memengaruhi puisi tatanan kesusasteraan Indonesia.

Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia sastera setelah pemuatan tulisannya di "Majalah Nisan" pada tahun 1942, pada saat itu dia baru berusia dua puluh tahun. Hampir semua puisi-puisi yang dia tulis merujuk pada kematian.[3]. Chairil ketika menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta jatuh cinta pada Sri Ayati tetapi hingga akhir hayatnya Chairil tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya.[4] Puisi-puisinya beredar di atas kertas murah selama masa pendudukan Jepang di Indonesia dan tidak diterbitkan hingga tahun 1945.[5][6]
Semua tulisannya yang asli, modifikasi, atau yang diduga diciplak dikompilasi dalam tiga buku : Deru Campur Debu (1949); Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949); dan Tiga Menguak Takdir (1950, kumpulan puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin).

Vitalitas puitis Chairil tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya, yang bertambah lemah akibat gaya hidupnya yang semrawut. Sebelum dia bisa menginjak usia dua puluh tujuh tahun, dia sudah kena sejumlah penyakit. Chairil Anwar meninggal dalam usia muda karena penyakit TBC[7] Dia dikuburkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari zaman ke zaman. Hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.

Sumber : Wikipedia

nb : Aku percaya, orang baik itu mati muda. Pun Chairil Anwar, sekali berarti, sesudah itu mati! Selamat Hari Chairil Anwar!

Belajar

Bila orang menyadari bahwa ia (mereka) hidup untuk belajar, maka mereka (ia) tidak mementingkan gelar atau simbol-simbol seperti ijasah dan diploma, bahkan juga semua implikasi kenikmatan hidup yang menyertainya. Yang terpenting adalah "mengeluarkan" potensi dirinya dan membuat dirinya menjadi nyata bagi sesamanya. Dan proses ini tidak akan pernah kelar, tidak pernah selesai, sampai mereka memperoleh "anugerah" berupa batu nisan di pekuburan.

(Jakob Sumardjo, dalam Harefa 2002)

Gugur Gunung


Ayo (ayo) … kanca (kanca) … ngayahi karyaning praja

Come (come) … friends (friends) let’s do our work

Kene (kene) … kene (kene) … gugur gunung tandang gawe

Come here (come here) … come here (come here) … together we do the work

Sayuk-sayuk rukun bebarengan ro kancane

Harmoniously (let’s be) together with friends

Lila lan legawa kanggo mulyaning negara

[Work] sincerely for the glory of our country

Siji (loro) telu (papat) … maju papat papat

One (two) three (four) … let’s go (forward) infours

Diulung-ulungake mesthi enggal rampunge

Pass if over to the other, for sure if will finish

Holobis kuntul baris, holobis kuntul baris ( 2x )

nb : lagu ini kemarin dinyanyikan di Maiyah Gambang Syafaat Semarang. membuat aku segera mencari lirik lagu dan maknanya. bagus. ini karyanya Ki Narto Sabdo, seorang dalang terkenal dari Jawa Tengah.

Shohibu baiti


Shohibu baiti… Ya shohibu baiti…
Tuan rumahku… Wahai tuan rumah(ku)

Imamu hayatii… Ya Imamu hayati…
Pemimpin hidupku… Wahai pemimpin hidupku

Mursyidu imanii… Anta syamsu qolbiy…
Penuntun imanku… Engkau (cahaya) mentari hatiku

Qomaru fuadi… Ya qurratu ‘aini…
Rembulan jiwaku… Wahai penyejuk mataku

Syafi’u nashibiy… Ya maula jihadiy…
Penolong (dari) beban(berat)ku… Wahai muara perjuanganku

Ufuqu Syauqi… Ya baabu akhirati…
Cakrawala rinduku… Wahai pintu keabadianku

Para Pendendam Indonesia

“Kalau engkau berbuat baik seribu kali, bersiaplah untuk tidak menunggu satu orang pun melirik seribu kebaikanmu itu satu kali saja pun. Sebaliknya, kalau engkau berbuat buruk satu kali saja, bahkan sekedar diduga, dituduh atau difitnah berbuat buruk satu kali saja, maka persiapkan dirimu untuk mendengarkan seribu orang memperkatakan seribu keburukanmu yang mereka karang-karang sebanyak seribu kali.”

-EAN

Andy Warhol


Andy Warhol (lahir 6 Agustus 1928 – meninggal 22 Februari 1987 pada umur 58 tahun), adalah seorang seniman, sutradara avant-garde, penulis dan figur sosial Amerika. Warhol juga bekerja sebagai penerbit, produser rekaman dan aktor. Dengan latar belakang dan pengalamannya dalam seni komersil, Warhol menjadi salah satu pencetus gerakan Pop Art di Amerika Serikat pada tahun 1950an.

Karya-karya Warhol yang paling dikenal adalah lukisan-lukisan (cetakan sablon) kemasan produk konsumen dan benda sehari-hari yang sangat sederhana dan berkontras tinggi, misalnya Campbell's Soup Cans, bunga poppy, dan gambar sebuah pisang pada cover album musik rock The Velvet Underground and Nico (1967), dan juga untuk potret-potret ikonik selebritis abad 20, seperti Marilyn Monroe, Elvis Presley, Jacqueline Kennedy Onassis, Judy Garland, dan Elizabeth Taylor.

Di luar dunia seni, Warhol dikenal dengan ucapannya "Di masa depan semua orang akan menjadi terkenal selama 15 menit". Dia berkata kepada beberapa reporter, "Kalimat terbaru saya adalah, 'Dalam lima belas menit, semua orang akan menjadi terkenal'".

Sumber Dari : Wikipedia

Aku baru sadar, perkataan dari Warhol. Benar. Semua orang akan terkenal dalam 15 menit. Sinta n Jojo, Ariel-Luna Maya, Udin Sedunia, hingga Briptu Norman. Entah, jaman sekarang sudah terbolak-balik semua. Yang penting jadi tidak penting, yang tidak penting jadi penting. Yang terkenal tidak mesti berprestasi, yang berprestasi tidak mesti terkenal. Yang terbaik tidak mesti berguna, yagn berguna tidak mesti yang terbaik. Di mata orang banyak. Media memainkan segalanya. Kita mengamininya. Sekarang.

Mengkaji Terus

Dalam hidup, yang berbahaya adalah bukan mereka yang tidak banyak melakukan sesuatu. Tapi justru mereka yang banyak melakukan sesuatu namun tak mengerti, apa sesungguhnya yang mereka lakukan. Mereka sibuk kesana kemari, merasa bahwa dirinya cukup, tapi tak pernah punya esensi dari semuanya. Mereka mengerjakan sesuatu yang mereka anggap besar, tapi mereka tak pernah menanyakan lagi, melakukan autokritik atas apa yang mereka kerjakan.

Setidaknya inilah yang disebut amal tanpa ilmu. Kata orang ini kosong belaka. Bukan berarti apa yang harus kita lakukan itu harus menunggu berilmu dulu. Tidak. Tapi terus mengkaji, atas apa yang kita lakukan itu adalah penting.

Pun dalam hidup. Setiap pilihan hidup. Kita diharuskan mengkaji, tidak hanya bagaimana untuk melakukan hal ini itu, tapi juga mengapa kita melakukan hal ini itu. Sebuah pertanyaan penting, mengenai akar terkuat kita melakukan sesuatu. Sama pentingnya dengan pekerjaan itu sendiri.

Ah, sering aku merindukan obrolah yang berat semacam ini.

14 April 2011
14:00
Naff ganti vokalis, jadi menye-menye.
Gerimis sedikit, padahal jam 2 siang. Mremun.

O Muhammad, Puisi Cinta Untuk Nabi

Bila Nabi Muhammad mengunjungimu
barang sehari atau dua
bila ia datang tak disangka-sangka
aku ingin tahu apa yang akan kau lakukan?

Oh, aku tahu kau akan menyediakan
ruangan terbaik
bagi seseorang tamu yang begitu terhormat

Dan semua makanan yang akan kau
hidangkan padanya
adalah makanan yang terlezat
dan kau akan terus meyakinkannya,
bahwa kau senang dikunjunginya,
bahwa melayaninya di rumahmu sendiri
adalah suatu kebahagiaan tiada
bandingannya

Tetapi... apabila kau melihatnya datang,
akankah kau menemuinya di pintu
dengan tangan terulur menyambut
tamumu nan surgawi?

Atau...
akankah kau mengganti pakaianmu
sebelum kau menyilakannya masuk?
atau menyembunyikan majalah-majalah
dan mengedepankan Al-Quran?
Masih akankah kau menonton
film-film tak senonoh
yang ditayangkan pesawat TV-mu?
Dan membaca buku-buku yang kau baca?
Dan membiarkannya
mengetahui segala sesuatu
yang mengisi pikiran dan semangatmu?

Akankah kau mengajak Nabi bersamamu,
kemana pun kau pergi?
Atau, akankah kau, mungkin,
mengubah rencanamu
untuk berangkat sehari dua?

Akankah kau gembira memperkenalkannya
kepada kawan-kawan karibmu?
Atau akankah kau berharap
mereka menjauh
sampai kunjungannya usai?

Akankah kau senang
bila ia tinggal denganmu
untuk selama-lamanya?
Atau, akankah kau merasa lega dengan
kelegaan yang lapang,
apabila akhirnya ia pergi?

Barangkali menarik juga mengetahui
segala apa yang akan kau lakukan
bila Nabi Muhammad datang secara pribadi
untuk menghabiskan beberapa saat
bersamamu!

Miftah F Rakhmat 1991

Harumlah Namanya



KARTINI membuktikan satu hal yg mungkin klise: pena bisa jadi lebih tajam daripada pedang, lebih jauh melesat daripada peluru!

KARTINI membuktikan satu hal: menulis, walau itu hanya surat, ditujukan pada satu orang, bisa jadi inspirasi sebuah bangsa!

KARTINI mengajarkan satu hal: kau boleh saja tunduk, tapi jangan pernah menyerah, jangan berhenti menggugat dan menggugah!

KARTINI meneladankan satu hal: jika ada yg layak kau perjuangkan, berjuanglah, tak harus kau yg menikmati hasil perjuangan itu

- Hasan Aspahani-
dari sini

Tentang Kembali Ke Salaf

Pertama-tama, yang Anda harus ketahui, berapa persen masyarakat Indonesia yang familiar dengan al-Quran? Yang melek sejarah Islam saja, berapa persen? Paling-paling Cuma 12% yang bisa baca dan familiar dengan al-Quran. Kita ini masih dalam marhalah (fase) dakwah, masih jauh dari Islam yang sebenarnya kita inginkan.

Yang kedua, (bila ada) teman-teman kita yang kembali ke gerakan salaf, itu bagus dan harus, sebab di dalam hadis dikatakan, “Khairu qurun, qurni tsummal ladzina yalunahum” (sebaik-baik masa adalah masaku dan masa-masa setelahku).

Tapi contoh (gerakan salaf) bukan berarti memelihara jenggot dan bercelana di atas mata kaki. Kalau sekadar ingin berjenggot atau bercelana seperti itu, ya silakan.

Kita harus mengetahui bahwa tiga abad pertama Islam itu adalah masa-masa kejayaaan dan keemasan, yaitu masuknya tsaqafah (kebudayaan) hadharah (peradaban), ilmu pengetahuan, ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu tajwid, ilmu qiraat, ilmu nahwu, sharaf, balaghah, kedokteran, astronomi, dengan tokoh-tokohnya: Ibnu Sina, al-Farabi, al-Kindi, al-Khauqa, al-Idrisi yang ahli ilmu bumi. Semua terjadi di abad ketiga Hijriah, di samping Syafi’i, Maliki, Hambali, Hanafi, Bukhari, Muslim.

Jadi, kalau kita mau bicara kembali ke salaf, ayo, saya setuju, tapi ilmunya (peradabannya) bukan hanya simbol sorbannya, jenggotnya dan juga celana yang di atas mata kaki itu. Ayo kita kembali membangun kejayaan Islam seperti salaf


Aku suka sekali kutipan ini. Kata-kata dari Dr Said Aqil Siradj.

Menulis Cinta

kau minta aku menulis cinta

aku tak tahu huruf apa yang pertama dan seterusnya

kubolak-balik seluruh abjad

kata-kata cacat yang kudapat



jangan lagi minta aku menulis cinta

huruf-hurufku, kau tahu,

bahkan tak cukup untuk namamu



sebab cinta adalah kau, yang tak mampu kusebut

kecuali dengan denyut

(“Menulis Cinta”, Sitok Srengenge)

Eliana

Hakikat cinta adalah melepaskan. Semakin sejati ia, semakin tulus kau melepaskannya. Percayalah, jika itu memang cinta sejati kau, tidak peduli aral melintang, ia akan kembali sendiri padamu. Banyak sekali para pecinta di dunia ini yang melupakan kebijaksanaan sesederhana itu. Malah sebaliknya, berbual bilang cinta, namun dia mengenggamnya erat-erat.

-- tereliye

Ayo!

Berburu lomba, mencari kompetisi,

apapun itu! selama aku mampu.

beri aku seusuatu yang paling sulit, aku akan belajar.

Pandangan Bijak



Aku jadi teringat pesan mas Imam, teman yang kukenal saat i'tikaf di Mafaza 2 tahun yang lalu. Bahwa saat belajar agama, luas pandangan kita. Aku tahu, dia ikut salah satu firkoh. Yaitu Jamaah Tabligh. Tapi meski demikian, dia begitu luas dalam memandang islam.

Yang kutangkap dari obrolannya adalah, bagaimana dia tidak memandang buruk orang lain. Tidak menganggap orang lain. Serta tidak memandang alirannya adalah yang paling baik.

Aku suka prinsip ini. Jarang kutemui.

Waktu aku ditanya, ngaji apa saat ini. Ya aku bilang saja seadanya, halaqah. Dan dia dengan bijak berkata, bahwa dia dulu juga pernah ngaji halaqah. Tapi semua hal pantas dicoba. Untuk menemukan apa yang sreg di hati. Bila perlu ikuti semua kajian. Biar nanti kita sendiri yang menentukan, mana yang lebih pas dengan diri kita.

Aku rasa ini sebuah pandangan yang bijak. Menemukan sesuatu dengan pencarian, bukan dengan taklid. Andaipun masih belum sreg, toh tidak ada paksaan darimanapun. Pun tidak merasa benar sendiri dengan hal yang ia putuskan.

Aku belajar banyak dari mas Imam.

11 April 2011
06:31
Kesan dimatamu - Chrisye
aku tak marah, insya Allah.

#2 : Memblokade Pintu Surga


Semua anjuran untuk melakukan kebaikan sudah tertulis jelas di kitabNya. Bahkan, jika kita tak bisa membaca kitabpun, kit amasih punya akal, hati. Dimana mereka bisa menjadi panduan tentang kebaikan-kebaikan yang baik untuk dilakukan.

Kita pasti menyaksikan bahwa Tuhan itu memang ada. Kebenaran rasulullah itu nyata. Semua orang juga mengerti bahwa sembahyang itu baik. Bukan untuk Tuhan, tapi untuk dirinya sendiri. Puasa, sudah dikaji oleh banyak ahli. Sesungguhnya baik untuk kesehatan fisik, psikis juga rohani. Zakat itu salah satu prinsip sosialis yang ada di Islam. Sama rata, sama rasa. Haji, jika ada orang yang beralasan untuk belum berhaji padahal dia mampu, dengan dia berkata, "ah, memang belum dipanggil aja", maka dia orang yang tuli. Bukankah panggilan haji itu sudah ada sejak jaman Nabi Ibrahim dulu?

Semua kebaikan itu terbuka lebar. Tuhan pun takkan menyulitkan orang-orang yang mau berbuat baik. Seperti aku ingat kata saudaraku, "niat baik, pasti dikasih jalan baik". Aku percaya seratus persen.

Ini ibarat Tuhan sudah membuka pintu surga lapang-lapang. Inipun jika kita berpikir bahwa dengan berbuat baik kita akan masuk surga. Aku jadi inagt betul kata Mas Ryan, "Semua orang akan masuk surga, kecuali yang enggan".

Jika dilihat demikian, lalu apa penyebab kita malas berbuat baik? Malas sekali berbagi dengan orang lain? Malas sekali meski sekedar mengucapkan terimakasih pada orang-orang terdekat kita? Malas sekali meminta maaf atas kesalahan yang kita buat meski itu kecil? Malas sekali memberi senyum pada setiap orang yang kita ajak ngobrol?

Lalu, mengapa kita sendiri yang seolah membatasi diri dengan tidak bisa berbuat baik, meski itu hanya kecil? Padahal, taukah, tidak ada yang remeh dimataNya. Tak ada yang sia-sia.

Lalu, mengapa kita seolah-olah belum hebat jika belum melakukan hal-hal besar, sedang hal-hal yang kecilpun tidak pernah dilakukan?

Kita sendiri yang malas. Kita sendiri yang membatasi diri. Kita sendiri yang memblokade pintu surga.

14 April 2011
14:41
Sekecil apapun.

Penangguhan

Bayangkan. Sekali lagi bayangkan. Bagaimana jika setiap dosa yang kita lakukan, langsung diganjar olehNya dalam bentuk hukuman fisik. Luka, borok, berdarah, terpotong, cacat, hingga kematian.

Bagaimana jika ketika kita berbohong, maka kemudian mulut kita sumbing. Bagaimana jika ketika kita makan barang yang haram, maka kemudian perut kita membesar lalu meletus. Bagaimana jika ketika kita mencuri, maka tangan kita kemudian terbalik, hingga tak bisa digerakan. Begitu telat sholat, maka jari-jari kita putus. Begitu tidak puasa, maka tubuh kita terbakar. Begitu haji dengan uang korupsi maka kita mati sekarat.

Pasti setidaknya kita akan mikir-mikir jika akan melakukan dosa.

Hal-hal tersebut sebenarnya pernah diberikan Tuhan kepada kaum-kaum terdahulu. Begitu mereka membangkang, hukuman serta merta datang. Lihat saja kaum Tsamud, kaumnya nabi Sholeh diluluhlantakkan oleh gempa; kaum Aad, kaum Nabi Hud hancur terkena angin topan; kaum Madyan kaumnya Nabi Syuaib habis karena gempa, kaum nabi Nuh kebanjiran; kaum nabi Luth remuk dihujani batu; Qarun tenggelam perut bumi; Firaun lenyap di tengah lautan; Abrahah mati terkena batu panas; ada juga kaum yang dikutuk kera.

Berbeda dengan umat-umat sebelumnya, semua reward dan punisment kita ditangguhkan nanti. Di hari akhirat. Semua tercatat dengan baik oleh Rakib dan Atid. Kita sebagai umat nabi Muhammad, alhamdulillah lumayan santai.

Apa ini berarti Allah sudah mempercayakan diri kita, bahwa sudah bukan berada di dimensi fisik, tapi dimensi ruhani? Sudah bukan berada di dimensi ibadah secara kasat mata, tapi iman yang ada didalam dada? Penghayatan kita akan segala keadilanNya, pemaknaan kita terhadap semua catatanNya, dan keyakinan kita terhadap semua balasanNya?

Hingga mencapai puncaknya, ihsan. Merasakan kehadiranNya, seolah-olah kita bisa melihat Dia atau Dia sedang melihat kita. Ya, ini dia.

nb: inspirasi dari buletin mocopat syafaat, edisi juni.

15 April 2011
06:22
Lengang, tanpa ada sesuatu. Biar diri ini yang bicara.

Entrepreneurs Can Change The World



nb : video ini kudapat dari youtube.com. menurutku bagus. cekidot sob!

Ha!

Ya Allah, berikan aku pengertian, bahwa ini semua adalah proses hidup,
Ya Allah, berilah aku pengetahuan, tentang apa yang seharusnya dilakukan saat ini,
Ya Allah, berilah aku petunjuk, jika aku melakukan hal-hal yang salah,
Ya Allah, berilah aku ingatan, bahwa ini semua kehendak-Mu,

Ya Allah, berilah aku prasangka baik, bahwa orang yang ku sms sedang tak ada pulsa, jadi dia tak membalasnya.

Ada Surga di Kebumen

Udaranya bersih. Angin bertiup kencang. Mungkin sekitar 80 km/jam. Aku tak tahu ukuran dalam knot. Sore hari nampak begitu anggun. Matahari bersinar malu-malu. Tak terang panas, tak redup dingin. Hangat dan lembut. Pepohonan menari-nari bersama angin. Di depan terlihat horison begitu jelas. Beda antara air dengan langit.

Air dibawah nampak gagah. Membentur-benturkan dirinya ke karang. Karang nampak diam tak peduli. Menikmati bagiannya dari alam. Air biru, bening, di ujung bahkan terlihat hampir sama dengan langit. Ada ombak, saat air bertemu dengan angin kencang. Ada buih, saat ombak bertemu dengan karang. Ada embun, saat buih membias di udara. Ada pelangi kecil, saat embun terbang ke angkasa.

Langit biru. Seperti lukisan sempurna, ada gurat-gurat putih di tengah-tengahnya. Sinar matahari menerobos pelan-pelan disela-selanya. Ada burung, terbang pelan, melawan angin.

Lautan ini luas sekali. Berbatasan langsung dengan Australia, kataku. Sekitar 100 M terlihat pulau karang ditengah-tengah laut. Tembok alami penghancur gelombang.

Jika melihat pantai, maka aku bisa saja menyangka bahwa ini Bali. Meskipun aku belum pernah ke Bali. Pasir putih, cekungan yang indah, pantai yang bersih, batu-batu unik, dan air yang jernih.

Di barat ada tembok-tembok raksasa setinggi puluhan meter berdiri kokoh. Vertikal. Sepertinya memang sudah disiapkan Tuhan untuk pengokoh bentuk. Tebing ini sangat indah dan estetis.

Aku suka melihat pantai dari bukit. Dan ini yang aku lakukan disini. Tempat ini memang bukan tempat wisata. Tidak touristy. Kalau kalian cari dikamus pariwisata, lonely planet, bahkan buku panduan wisata Kebumenpun takkan menemukan tempat ini. Ini hanya Menganti. Tampat Pelelangan Ikan yang indah dan eksotis. Lalu apalagi yang harus dikatakan, bahwa Menganti itu bukan surga?

Ridwan Kamil pernah berkata saat presentasinya, bahwa landscape terbaik yang ada di seluruh dunia itu belum ada apa-apanya dibandingkan yang ada di Indonesia. Setelah ke Menganti, aku beriman dengan perkataan ini.

6 April 2011
08:59
Suara Cintamu - Tompi
Selamat Hari Ulang Tahun, Banyumas!

#1 : Musik Asik

Aku memang sedang suka mendengarkan Kiai Kanjeng. Terkadang akustiknya John Mayer, versi live-nya Norah Jones, atau edisi best of the best-nya Naif. Sesekali sedikit bossa dengan mendengarkan Bossanova Jawa, 3 album. Atau disela-sela bersepeda aku ingin rilex sambil ber-reggae bareng Bob Marley.

Boleh saja.

Tapi jika ditanya lagu siapa yang paling menginspirasiku? Maka aku akan menjawab gagah, Padi.

Sampai saat ini aku masih terkagum-lagum dengan musik-nya Padi. Meski beberapa waktu terakhir sedikit kecewa dengan Yoyok yang kena narkoba. Tapi tak apa. Yang penting Padi jangan sampai bubar. Hehe.

Permainan Padi tak pernah tak baik. Dari segi komposisi, menurutku band ini adalah band matang. Vokal Fadly yang punya karakter. Lembut namun bisa sesekali menaik tanpa ancang-ancang. Tinggi namun bisa berat. Gitaris Piyu jangan ditanya. Aksi panggung memang kadang terlihat biasa. Namun permainannya sempurna. Rindra membetot bass-nya dengan mantap. Sesekali dalam setiap lagu ada aksi solonya. Atau memang permainannya cukup susah, namun enak didengar. Ari, jagoan rhytm, memainkan efek dengan ciamik. Menambah syahdu setiap lagu Padi. Yoyok pada drum sepertinya tak pernah setengah-setengah memainkan alatnya. Pukulannya yang keras penuh teknik selalu dilakukan.

Lagu-lagu Padi tak pernah terkesan 'vulgar'. Lirik-liriknya penuh makna dalam. Kiasan disana-sini, namun indah didengar. Tak seperti lagu sekarang-sekarang ini. yang tak usah ditafsirkanpun kita sudah tahu artinya.

Bisa jadi ini hanya penilaian subyektifku. Tapi bagaimana kalau ini sudah menjadi opini publik? Apalagi dengan kekompakan antar personil yang sudah tidak diragukan. Dari awal berdiri, tahun 1997, hingga kini, Padi masih dengan formasi lama. Dan semoga begitu hingga akhir nanti.

Lagu yang kusukai? Semua. Dan terlebih "Perjalanan Ini". Lagu yang selalu membuatku bisa menyanyi disetiap perjalanan. Kemanapun itu, dengan moda tranportasiapapun itu, dengan siapapun itu, dan kapanpun itu.

Padi, seperti sihir bagiku. Musik-musiknya hampir menyatu dengan nafasku. Dan begitulah, karena bermain musik itupun membutuhkan totalitas, bukan setengah-setengah.



6 April 2011
09:17
Padi - Kasih Tak Sampai
Jika ingat Padi, aku ingat Iwan, teman baikku yang Sobat Padi.

Dalam Doaku


Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata,
yang meluas bening siap menerima cahaya pertama,
yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara

Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala,
dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa,
yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana

Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis,
yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu,
yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu

Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun di sana,
bersijingkat di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku

Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku,
yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya,
yang setia mengusut rahasia demi rahasia,
yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku

Aku mencintaimu.
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu

(Sapardi Joko Damono, 1989, kumpulan sajak“Hujan Bulan Juni”, music by : Ananda Sukarlan)

tak ada tendensi apapun dalam memposting puisi ini,
aku hanya suka kata-katanya, terlebih 2 kalimat terakhir...
jadi, teman-teman jangan banyak berprasangka ya, :D
oh ya, dulu pernah diposting disini

Puteri

di saat seperti ini,
izinkan aku mempertanyakan,
dimana engkau letakkan aku?
adakah aku seberharga buku-bukumu itu?
ataukah aku senyaman sepatu tuamu yang tak terasa lagi bila dipakai?
akankah kau pertahankan aku layaknya nyawamu sendiri,
ataukah namaku hanya akan melintas sekilas di detik-detik terakhirmu?
untuk kemudian menyublim seperti arwah tersedot surga
mengertikah kini, puteri?
karna itulah aku ingin hidup nyata
tak lagi menjejak mimpi

-- ksatria

Semakin Tidak Pasti

"Satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah ketidakpastian itu sendiri"

Hidup kita serba tak pasti. Kadang naik, kadang turun. Kadang bisa kaya, kadang seketika juga bisa jatuh miskin. Kadang bahagia, kadang sedih. Jodoh kita tak pasti dengan siapa. Bisa jadi Dian Sastro, Prisia Nasution, atau bahkan dengan orang yang baru dikenal 1 bulan yang lalu. Rezeki kita serba tak pasti. Bisa jadi kita sudah bekerja keras di sebuah perusahaan, tapi rezeki datang dari arah yang tak diduga-duga. Menang undian dapet Honda Freed. Matipun demikian. Tak ada jaminan atau kepastian kita mati di tempat tidur sewaktu malam hari, setelah usai sholat tahajud. Wah, indahnya. Semua serba tak pasti.

Semua hal itu ketetapan Tuhan. Itu kehendak Allah. Suka-suka Allah. Yang jelas, prinsip terbaik yang harus kita miliki adalah, tidak ada ketetapan yang Tuhan buat, kecuali untuk memuliakan kita. Mungkin saja kita yang tidak sadar, bahwa itu yang terbaik untuk kita.

Oleh karena itu, pesan terbaiknya yaitu, semakin tidak pasti dengan masa depan, maka kita harus semakin pasti dengan kualitas diri kita. Perbaiki diri terus. Karena hanya hal itu yang bisa kita lakukan, untuk hasil akhir? Itu urusan Dia... Percayalah, Dia ndak pernah dzalim ke kita..

31 Maret 2011
13:42
Mendengarkan Orkes Melayu Produk Gagal
Kadang, dalam kesendirian, suara hati berkata leih jelas.