manusia


Aku bukan nasionalis, bukan katolik, bukan sosialis. Aku bukan buddha, bukan protestan, bukan westernis. Aku bukan komunis. Aku bukan humanis. Aku adalah semuanya. Mudah-mudahan inilah yang disebut muslim. Aku ingin orang menilai dan memandangku sebagai suatu kemutlakan (absolute entity) tanpa menghubung-hubungkan dari kelompok mana saya termasuk serta dari aliran apa saya berangkat. Memahami manusia sebagai manusia."


(Catatan Harian 9 Oktober 1969)
— Ahmad Wahib

da'uni


Da`uni da`uni unaji habibi
Wa la ta’dzuluni fa ‘adzli haram

(Biarlah, biarlah aku mengeluh kepada kekasihku
jangan hardik aku jangan ganggu kemesraanku)
Buktikan lah, bahwa tanpa ngode, tetep bisa mbojo, tuku umah, nduwe mobil (esemka) & hidup sederajat dgn mereka mereka yg diajeni wong karena statusnya

28 Februari 2012
07:14
+6285647XXXXXX

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone

autumn shade


Pergelaran Nabi Darurat Rasul Ad-hoc


YOGYAKARTA, 2 Maret 2012
Tempat dan tanggal:  Taman Budaya Yogyakarta, 2 Maret 2012, Pukul 19.30 WIB
HTM: VVIP Rp. 100.000 | VIP Rp. 75.000 | FSTVL Rp. 50.000
Info selengkapnya silahkan hubungi pemesanan tiket:
0877 389 44111 atau 0857 1299 1224

JAKARTA, 9 Maret 2012
Tempat dan tanggal:  Gedung Kesenian Jakarta, 9 Maret 2012, Pukul 19.30 WIB
HTM: VVIP Rp. 150.000 | VIP Rp. 100.000 | FSTVL Rp. 75.000
Info selengkapnya silahkan hubungi pemesanan tiket:
0856 8890 200 atau 0896 5510 2594

SURABAYA, 13-14 Maret 2012
Tempat dan Tanggal: Gedung “Cak Durasim” Jl. Genteng Kali Surabaya
HTM: FSTVL Rp. 50.000 | VIP Rp. 75.000
Pengambilan Tiket di Cahaya grafika
Jl. Pandigiling No. 338 Surabaya
Pukul: 10.00-16.00
Info selengkapnya: 085648179770 atau 0818589629

mengobrol itu mengasyikkan



3 kunci kata mas Wiwid

kualitas
kuantitas
kontinuitas


---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone

D untuk 'Dengan Puisi, Aku'

Dengan puisi,aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti.
Dengan puisi,aku bercinta
Berbatas cakcrawala.
Dengan puisi,aku mengenang
Keabadian yang akan datang.
Dengan puisi,aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris.
Dengan puisi,aku mengutuk
Nafas zaman yang busuk.
Dengan puisi,aku berdoa
Perkenankanlah kiranya


(Taufiq Ismail, 1965)

WELCOME TO BALI by KULKUL @ JAK JAZZ 2006

C untuk Cak Nun


Santri tanpa sarung; haji tanpa peci; kiai tanpa sorban; dai tanpa mimbar; mursyid tanpa tarekat; sarjana tanpa wisuda; guru tanpa sekolahan; aktivis tanpa LSM; pendemo tanpa spanduk; politisi tanpa partai; wakil rakyat tanpa dewan; pemberontak tanpa senjata; ksatria tanpa kuda; saudara tanpa hubungan darah…

buletin mocopat syafaat, maret 2012

hitler berani pasang badan melawan yahudi sementara tetangga-tetangganya hanya berani menjajah bangsa-bangsa kecil. kalau demokrasi tidak benar dijalankan, mau tidak mau harus ada otoritarianisme, harus ada langkah-langkah yang agak militeristik untuk membawa negara kembali ke jalurnya. pada masa hitler tidak ada yang berani korupsi atau mencuri, karena berapapun mencurinya, hukumannya sama yaitu hukuman mati. maka meninggalkan rumah dalam keadaan tidak terkunci pun aman. kekeliruannya adalah hitler menemui su'ul khatimah dengan penyerangannya ke rusia.

'anda harus meng-alfatihah-i hitler karena banyak kreativitasnya yang sampai sekarang masih kita pakai, seperti toa di masjid-masjid dan tank. artinya anda jangan ikut benci sama hitler karena anda nggak punya masalah sama dia. masalah anda itu sama belanda, tapi justru anda mengaguminya.'

hitler satu-satunya orang yang berani melawan yahudi. soekarno satu-satunya yang berani melawan amerika. maka hitler memilih indonesia sebagai tempat pelariannya. dia pura-pura menjadi dokter pada 1974 dengan nama dr. Poch. disana dia menikah dengan orang indonesia. tahun 1976 dr. Poch meninggal dan dimakamkan di ngagel, surabaya.

tetapi kalau hitler ini mimpin indonesia, kira-kira baru dua hari dia sudah disantet. nah, santet ini adalah penyelewengan terhadap kearifan nenek moyang. dulu gajahmada mengirim utusan-utusan ke berbagai belahan dunia. untuk efisidnsi logistik, dia menggunakan teknologi pemadatan makan, dari makanan bermacam-macam dipadatkan hanya menjadi sebutir pil. ketika stok makanan itu habis padahal misi belum selesai, gajahmada melakukan teknologi yang kedua, yaitu pengiriman makanan ke perut ribuan pasukan di berbagai belahan dunia dari jarak jauh. ada orang yang diutus untuk melakukan pengiriman itu. dari ratusan orang itu, ada beberapa orang yang menyelewengkannya. yang dikirim bukan lagi makanan, melainkan paku, jarum, cangkul dan seterusnya.

(Cak Nun)

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone

aja ngarep-ngarep.

aja ngarep-ngarep.

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone
tak ada pertanyaan yang tidak bisa djawab Tuhan.
satu persatu pertanyaan niscaya terjawab.

-hilmy, pagi di februari

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone
..di dalam hujan, ada lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yang rindu,..

#baca 'petrichor' mu


---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone

1000

selamat, ini postinganmu ke seribu di blog ini.

jadi, selama ini kita ngapain?


pertanyaan menohok, antara aku dan diriku.

Aku ingin meminum soda pelangi. Soda kental berwarna-warni. Yang ketika aku minum, aku bisa merasai semua jenis buah-buahan didalamnya. Kepalaku penuh dengan strawberry. Telingaku serasa mendengarkan anggur bernyanyi. Hidungku membaui rinci aroma apel. Mulutku mengecap asam nanas. Tanganku menggenggam nangka. Jari-jariku merasai lembut kulit kiwi. 

B untuk Blackberry


Blackberry

pin BB-mu berapa hil?
14HILL14

sudah terlalu banyak orang yang menanyakan hal ini kepadaku. sampai bosan aku menjawabnya. handphone biasa saja. sony ericsson yang tutup baterai-nya hilang. dan bb itu bukan cita-citaku.

aku kagum sekali dengan bb. benda sekecil ini bisa dibilang meningkatkan kepercayaan diri manusia. benda semungil ini adalah tanda sebuah eksistensi diri. benda seimut ini adalah simbol pengejawantahan diri.

tentu bukan untuk semua orang, tapi aku pernah menjumpai orang yang demikian. tanpa bb dia tak bisa hidup. ah, bagi saya sempit sekali dunia.

bolehlah punya bb. mungkin bagi mereka bb itu kehidupan sosialnya. teman ada di bbm. kekasih ada di facebook. selingkuhan ada di twitter. tapi, bukankah interaksi dengan orang lain secara tatap muka itu justru lebih menyenangkan?

aku sering pula melihat orang sedang di cafe lebih sibuk dengan bb-nya daripada teman yang ada dihadapannya. pun melihat orang di keramaian lebih menikmati memijit-mijit tuts bb daripada menikmati keadaan sekelilingnya.

bb, terkadang justru membuat kita tidak peka dengan apa yang ada disekitar kita. dunia kita menjadi ada di layar 2,5 inchi. dengan bb, kita mungkin bisa meraba yang ada dijauh sana, tapi tidak bisa melihat apa yang ada disekeliling kita.

ya, meski tidak semua.

jadi, berapa pin bb-mu hill?



A untuk Ambigu


ada hal yang aku rasa perlu dipertegas lagi, tentang kejelasan, tentang kebenaran, tentang kenyatan, tentang semua hal yang menyangkut pada sebuah kesejatian. kita terlalu membiarkan keabsurdan ini menjadi hal yang lumrah. kita selalu memandang abu-abu menjadi warna yang terang. kita merasa pertengahan itu sebagai hal yang tidak perlu di perdebatkan lagi. sudah final. tak usah diutak-atik.

ambigu itu abu-abu. ambigu itu absurd. semu, maya. semua masih perlu kita gali, agar menjadi bahan yang lebih enak untuk ditelan. semua masih perlu kita cari kejelasannya, agar bisa mengambil kesimpulan lebih tepat dan cermat.

selalu cek ricek pada setiap input yang ada serta membersihkan diri dari peluang kemudahpercayaan.

18 Januari 2012
22:21
selalu tabayyun ya kang.
sembari mendengarkan Tarmijah dan Problemnya - Iwan Fals

aku bahagia luar biasa. senang tak terkira. gembira melambung diangkasa. bagaimana tidak, sekali waktu aku silaturahim ke rumah seorang sahabat, mendapatan banyak rezeki yang tak terduga-duga. wajahku merah merekah. senyum seperti tak mau lepas dari bibir. ubun-ubunku selaksa berdenyut pelan. jantung berdegup kencang.

bukan uang. bukan makanan. bukan oleh-oleh. bukan pemberian apapun. tapi ini hanya sebuah pinjaman. tapi bagiku, ini pinjaman yang luar biasa. pinjaman barang yang sungguh aku nantikan kehadirannya didalam hidup. mungkin bagi orang lain itu biasa, tapi bagi saya ini bukan biasa.

aku dipinjami 46 judul buku sastra yang semuanya itu sudah susah sekali dipasaran. buku sastra boi, buku sastra! aku seperti mendapatkan durian runtuh dan manggis jatuh. aku seperti menemukan harta yang selama ini ditimbun Karun dalam-dalam di lautan pasifik. atau mungkin sama rasanya seperti mendapatkan uang dari Gayus, yang gara-gara dia salah transfer.

aku berasa bertemu dengan puluhan sastrawan. aku serasa ada dihadapan mereka, berdiskusi, sharing knowledge dan bahkan menanyakan kabar. didepanku, mereka adalah seorang guru besar kehidupan, tentu disamping master dari sebuah kepenulisan. diam aku tertegun, malu aku merunduk. didalam hatiku ada gugup, gembira dan malu.

kebahagiaanku tak lekang juga. masih. dan seterusnya.

beruntung


beruntunglah orang yang mengenal dirinya sendiri. bagiku itu senjata ampuh untuk menghadapi hidup. ibarat hidup itu peperangan, kita sudah tau, dimana kita mampu menyerang dengan senjata, bersembunyi dari musuh, atau mengadakan gencatan senjata.

beruntunglah orang yang tahu potensi dirinya. kita tidak perlu lagi test sidik jari, pencarian bakat atau konsultasi apapun. training-training itu hanya akan membuat kita kebal, dan malas untuk menggali diri kita sendiri.

beruntunglah orang yang tahu kelemahan dirinya. kita jadi bisa mengerti, disisi mana kita lemah, dan mampu menambalnya dengan kelebihan kita yang lain.

beruntunglah...

aku terpaksa menikahinya


Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki :


Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.


Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.


Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.


Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.


Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.


Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkimpoianku, aku juga membenci kedua orangtuaku.


Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.


Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.


“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.


Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”


“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.


Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.


Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.


Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.


Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara. 




Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.


Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.


Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.


Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.


Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.


Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.


Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.


Istriku Liliana tersayang,Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!




Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.


Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.


Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.


Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”


Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”


Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”


Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus. 




share dari sini

share dari sini

jika hidup


jika hidup harus jatuh, maka jatuhlah. disitu kita akan menemukan pelajaran seperti apa rasanya sakit itu.
jika hidup harus terbentur, maka terbenturlah. disitu kita akan menemukan pelajaran perlunya menjaga diri.
jika hidup harus melompat, maka melompatlah. disitu kita akan menemukan pelajaran perlunya menjangkau hal yang lebih jauh.
jika hidup harus berlari, maka berlarilah. disitu kita akan menemukan pelajaran perlunya sebuah percepatan, tak hanya kecepatan.
jika hidup harus bangkrut, maka bangkrutlah. disitu kita akan menemukan pelajaran seperti apa menjadi miskin, tak punya apa-apa.
jika hidup harus tertipu, maka tertipulah. disitu kita akan menemukan pelajaran mahalnya kepercayaan.
jika hidup harus terremehkan, maka relakan dirimu diremehkan. disitu kita akan menemukan pelajaran bahwa kita itu bukan apa-apa dan siapa-siapa.
jika hidup harus tenggelam, maka tenggelamkan dirimu. disitu kita akan menemukan kedalaman berpikir.
jika hidup harus memanjat, maka memanjatlah. disitu kita akan menemukan hal indah dari puncak ketinggian.
jika hidup harus merendah, maka rendahkanlah. disitu kita akan menemukan hal bahwa rendah itu tak kalah indah.

makbul


Jika kita sibuk dengan mencari berkah dari ustadz, kiai kharismatik, habib dan orang hebat sebagainya, sudahkah kita meminta restu dan doa dari ibu kita?

Doa ibu lebih ampuh daripada berkah para kiai.

mekanira nusantara


memajukan peradaban gula kelapa. menjadi pusat peradaban gula kelapa dunia. menjual gula kelapa nomor satu dunia. memajukan petani gula kelapa. menjadi sentra gula kelapa dunia. mengangkat harkat derajat gula kelapa menjadi produk utama konsumsi orang banyak. menghasilkan olahan gula kelapa terbaik di dunia. menjual gula kelapa indonesia ke luar negeri. membuat produk lokal berkualitas global. menadi pusat belajar gula kelapa di seluruh dunia. menjadi kiblat pengolahan gula kelapa di dunia. menjadi rujukan belajar gula kelapa kelas dunia.

naik kelas


Sudah saatnya kita naik kelas. Untuk yang biasa berdagang ratusan ribu, menjadi ratusan juta. Yang biasa dijual lokal, kemudian dijual internasional. Yang biasa sehari 10 Kg, menjadi dijual 1 Ton.

Sudah saatnya kita membuktikan, bahwa orang memilih jalan ini, jalan berwirausaha, itu bukan orang yang mempunyai kebebasan waktu saja, tapi juga kebebasan finansial.

Sudah saatnya kita setara dengan pengusaha-pengusaha muda yang ada di media. Tak hanya menonton, mengambil inspirasi. Tapi juga beraksi serta menginspirasi.

Sudah saatnya kita Go International.

Soul


Apa yang kita rasakan ketika bangun tidur? Apa berat untuk menjalani hari? Atau sangat bersemangat? Untuk urusan kerjaan, apa kita merasa sangat bersemangat untuk bekerja kembali? Atau malas-malasan, dan mengutuki hari?

Apa yang kita rasakan ketika hari Jumat? Apa kita sedih karena esok kita tidak bekerja dan libur? Atau kita bersemangat karena meninggalkan barang 1-2 hari pekerjaan kita? Senang atau sedih?

Jangan-jangan, pekerjaan kita setiap hari, menimbulkan sisksaan, yang tak hanya dilimpahkan ke tubuh, tapi juga ke mental. Kehilangan soul dari apa yang kita kerjakan setiap hari, itu siksaan rutin yang tak terelakkan.

tidak berani menjadi manusia



Banyak orang yang mempersempit hidupnya, dan kehilangan peluang-peluang bergaul secara kemanusiaan dengan sebanyak orang manusia. Mereka tidak berani menjadi manusia yang sebenarnya. Merasa berlindung dari pangkat, jabatan, gelar dan perangkat dunia lainnya. Yang haji tidak mau jika tidak dipanggil haji. Yang pejabat tidak mau kena macet dijalan. Yang pengusaha merasa sudah kaya. Yang bupati tidak mau kerigan bersama warganya. Yang presiden malas menemui rakyatnya.

Lebih berat lagi, ketika mereka sudah tidak mempunyai gelar dunia, apa iya mereka mau menjadi manusia biasa kembali. Hidup tanpa priviledge yang biasa mereka dapatkan. Hidup sebagai manusia, benar-benar manusia. Makan di warung? Nongkrong di pos ronda? Kerja bakti bersama tetangga?

Betapa, manusia sudah tidak berani menjadi manusia. Berlindung dengan topeng.

gambar dari sini

tirakat




Mungkin tirakat yang paling berat itu bukan memindahkan gunung, menyeberangi lautan, ataupun bertapa bertahun-tahun. Bisa jadi tirakat yang paling berat itu adalah tirakat diremehkan orang lain. Ya, dianggap remeh. Bahkan mungkin dianggap tidak ada.

Kecut bagi manusia, yang masih mennginginkan eksistensi diri menempel erat pada hidupnya untuk melakukan tirakat ini. Ketika manusia melakukan sebuah tindakan besar, tapi malah diremehkan oleh orang banyak. Ketika manusia melakukan perubahan-perubahan mendasar, tapi malah dianggap tidak ada. Ketika manusia melakukan hal-hal yang nyata-nyata membuat kehidupan di bumi menjadi lebih baik, tapi dianggap tidak melakukan apa-apa.

Kalau benar ini sebuah tirakat, yang dengan jalan ini, Tuhan memberikan apa yang kita tujukan, maka ikhlaslah. Ikhlaslah.

Tak ada yang lebih besar, daripada sebuah keikhlasan.

doa senja


Ya Rabb,
izinkan aku menjadi pembayar zakat terbesar di Banyumas Raya ini…
berbuat yang terbaik yang tidak bisa dilakukan orang lain.
-lendo novo, iycs 2012

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone
Create something new. Sesuatu yang not easy to follow by somebody else!
Yang Unique! yg bahkan orang lain memikirkanyapun belum.

#chairul tanjung


---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone
ternyata, baju mahal bisa membuat orang menjadi murahan.

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone
yang harus kamu cari bukan islam syi'ah, bukan NU, tapi islamnya Muhammad. lho tapi apa ya harus menolak semua itu? bukan, islamnya Muhammad itu islam yang mengakomodasi semuanya. bahkan Muhammad juga mengakomodasi yang bukan islam.

-cak nun, @kenduricinta, september 2011

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone

sold out

tugas kita mempopulerkan Muhammad. jangan sampai kita lebih populer dari Muhammad.

sing penting mlaku ae. Tuhan tidak mengajarkan sukses, Tuhan hanya mengajarkan untuk berjalan, terus berjalan. ndak sempat putus asa.

-cak nun, @kenduricinta, nopember 2011

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone

menawar

karena anda khalifah, anda punya hak tawar, punya hak negosiasi. doa itu hak tawar, dan Allah itu seneng kok ditawar. salah satu modal kita dalam menawar Allah adalah melalui forum-forum seperti ini karena keikhlasannya

- cak nun, @kenduricinta, april 2011

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone

tiji tibeh

hidup itu tak ada hubungannya dengan mati. hidup itu tugasmu, mati itu urusan Allah. pekerjaan utama manusia hidup di dunia itu 'ihdina sirotol murtaqim'. berjalan di jalan yang benar dengan cara yang benar.

islam itu letaknya di dapur, yang disuguhkan di meja makan adalah output-nya, kebaikannya.

-cak nun, @kenduricinta, juli 2011

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone
pabrik jadi,
utang lunas,
menikah,
ke merauke.


---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone

Full House OST: Un-myeong / 운명 - Why


sesekali ah, hehe

jelajah tjilatjap


dalam diriku

dalam diriku mengalir sungai panjang, darah mamanya,
dalam diriku menggenang telaga darah, sukma namanya.
dalam diriku meriak gelombang sukma, hidup namanya.

dan karena hidup itu indah,
aku menangis sepuas-puasnya

-SDD, dalam kartu pos tadi pagi.

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone
`Sgla kebaikan yg telah ada dlm hidupmu, smga Alloh menjaganya..
& kebaikan yg msh tertunda, smga segera Alloh genapkan... insyaALLOH
Happy anniversary mas`


doa akan kembali kepada yang mendoakan.
amin ya Mujib.
terìmakasih teman-teman.

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone

tepat.

doa ibu,
restu bapak,
senyum mbak,
waktu mas,
cium neysa,
harapan keluarga,
silaturahim teman,

sungguh, jadi hal istimewa di hari ini.

sudah 24 hil,
sudah melakukan apa?
sudah membuat apa?
sudah merubah apa?
sudah membahagiakan siapa?
sudah menemukan apa?

episode hidup masih panjang, 24 tahun sudah cukup untuk menemukan banyak hal.
memantapkan diri, menuju aksi.

ya Rahman, hari-hariku selanjutnya, aku akan berbuat baik, lebih banyak lagi, dalam berbagai hal.
ijinkanlah, berikanlah, mantapkanlah, tuntunkanlah, ridhoilah..

Tuhan Maha Pemurah

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone
sebagai anak muda, jadi dirimu sendiri. jangan terlalu banyak dengarkan kata-kata orang generasi sebelummu. mereka tidak mengerti jalan pikiranmu, tidak tahu apa yang sedang kau lakukan, dan tidak paham jaman apa yang sedang kau hadapi. tetaplah jadi dirimu sendiri.

-dahlan iskan, iycs 2012

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone
olahraga adalah gerak tubuh yang menghasilkan detak jantung 115 kali per menit secara konstan selama 10 menit.
percuma jadi changemaker, kalau kita ndak sehat dan bugar.

-dahlan iskan, iycs 2012


---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone

harus menderita

anak-anak sekarang tidak pernah nemu kesulitan. daya juangnya kurang. kemampuan gempurnya minim. anak-anak yang dibesarkan dengan fasilitas tidak mengerti arti perjuangan dan pengorbanan. anak-anak harus diajari menderita. jangan cuma diajari yang enak-enak.

mereka perlu 'dimenderitakan', agar jika ada gelombang, mereka siap menghadapinya.

-jokowi, iycs 2012


---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone

sehari

aku ingin lekas kembali ke dunia nyata. rindu purwokerto. rindu petani. rindu ibu. rindu neysa. rindu gula kelapa.

- hilmy nugraha, iycs 2012


---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone
hidup adalah misteri. kita tidak pernah tahu, apakah pilihan kita benar atau salah. yang pasti semua ada konsekuensinya.
tetap melangkah, tetap bergerak.
mlaku ae.

- mas amir gresik, iycs 2012


---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone
kalau mereka tidak pernah sengsara, mereka tidak pernah menjadi besar
-lendo novo, iycs 2012

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone
pelaut ulung tidak dhasilkan dari laut yang teduh, tapi dari laut yang bergelombang.
-onte, iycs 2012

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone

pesan sederhana dari jokowi

jangan sering ke mall.
boleh ke mall, tapi liat-liat aja.
belanja tetep di pasar tradisional.
lebih baik menghidupi ribuan rakyat biasa di pasar, daripada 1 pengusaha mall.
-jokowi, iycs 2012


---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone

2 jam terakhir

tiba-tiba ada sms datang. ingin tahu kabar L22. mau diperpanjang tidak. udah lunas belum. 2 orang sudah menanyakan. dalam 2 jam terakhir, hari ini.

ada apa ini?
siapa yang berdoa untuk L22?

hingga,
insya Allah, bisa dipakai hingga akhir taun ini.

Tuhan Maha Pemurah.

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone

070212 23:21

Hati perempuan it bahanny sama mas,casingny aj yg beda,



---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone
11 kursi kosong, proxy, huda, jas, sepatuku, mouse microsoft, teh botol, hotmail, video, real, pantofel, lomba matematika, gula jawa cair, hem kuning, tas cangklong, telat datang, penguji, bolpoint jambon, celana sobek ujung, resolusi dikecilkan, kemeja kotak-kotak, telfon, korden biru, forum internet, ac tcl, presario, 7x4 m, beda LAN, puri mas, sibuk sendiri.

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone
hilmy : kampus akatel regane pira ya?
rizky : 15 M, tapi sunset

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone

Klayar, The Lost Eden

diambil dari sini

Edaran Untuk Jamaah Maiyah


Kepada semua Khalifah Jamaah Maiyah Nusantara (KJMN)
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Dimulai bulannya Rasulullah SAW, terutama dalam jangka pendek menyongsong bulan Maret dan Mei 2012, serta untuk seterusnya, saya mohon kepada para KJMN untuk bersama-sama bahu membahu menyangga Nusantara.
KJMN meneguhkan di dalam batinnya, fikiran:
  1. 

Selalu eling untuk menjaga kepenuhan Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW di hati, fikiran dan jiwa.
  2. Selalu sadar dan peka untuk tidak berlaku menyakiti Allah SWT dan membuat sedih hati Rasulullah Muhammad SAW.
  3. Memohon kepada Allah SWT perlindungan dan keselamatan bagi semua yang hidupnya menomersatukan Allah dan mensyukuri kecukupan rahmat-Nya serta nikmat syafaat Rasul-Nya, yang berupa wujud sunnah qudroh keduniaan apapun asalkan di dalam rohani cinta kepada Beliau berdua.
  4. Memohon perkenan Allah SWT untuk meneguhkan mandat khilafah kepada kesungguhan perjuangan dan cita-cita rahmatan lil’alamin para KJMN.
  5. Memohon peneguhan kuasa dan keadilan yang maujud atas semua yang membelakangi Allah dan Rasul-Nya, yang merusak bumi dan memperhinakan martabat manusia.
  6. Memohon anugerah ma’rifatul-jihad, hidayatul-jihad dan hifdhul-jihad, sebatas hak kekhalifahan, agar menolong KJMN dalam menyusun langkah-langkah Jihad Ilahiyah yang sudah dan sedang dijalankan.
  7. Memohon  keluangan waktu atau kelonggaran kesempatan karena menurut batas ilmu yang diselami oleh KJMN dari hamparan ilmu Allah, diperlukan era-era yang tidak pendek untuk mewujudkan jihadul-ma’iyah.
  8. Memohon tambahan ilmu, quwwah dan “sulthan”, memohon tuntunan dan panduan, agar para KJMN diperjalankan oleh Allah SWT di jalur yang tepat sebatas daya dan skala yang Allah perkenankan.
  9. Memohon perlindungan bagi akar dan pohon Maiyah, bagi hutan-hutan dan taman-taman Maiyah, dari segala marabahaya dari bumi maupun angkasa.
KJMN meneguhkan di dalam lelaku:
  1. Banyak melakukan puasa seikhlasnya dan sekuatnya.
  2. Meningkatkan kesungguhan ibadah makhdloh serta memperdalam kekhusyukannya.
  3. Memperluas dan memperdalam manfaat di dalam setiap persentuhan dan keterlibatan individu, keluarga maupun masyarakat.
  4. Memperbanyak tadarrus Al-Quran serta shalawat pada setiap kesempatan yang memungkinkan.
  5. Secara khusus menyempatkan membaca semua atau yang mana saja di antara Surah Yasin, Surah Al-Khasyr, Surah Muhammad, Al-Ahzab, Al-Hajj dan Al-Waqi’ah.
  6. Bagi yang kemampuannya terbatas mohon banyak-banyak membaca ayat-ayat terpenting dari Allah SWT yang menyangkut kekuasaan, penjagaan dan keadilan-Nya, seperti Ayat Kursi, doa atau firman yang berkaitan dengan Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Yunus, Nabi Musa, serta doa-doa Rasulullah Muhammad SAW.
  7. Sebanyak mungkin membangun atmosfir rumah dan lingkungan dengan lantunan qiro’atul-Qur’an, shalawat-shalawat, serta suara-suara dari “Sohibu Baiti”.
  8. Tidak berpikir, berorientasi dan melangkah ke arah tujuan kekuasaan dan kehebatan keduniaan, karena dua hal tersebut adalah milik Allah, yang wajib diterima oleh para Khalifah jika Allah SWT meminjamkannya, namun tidak boleh disentuh oleh para KJMN pada posisi sebagai sesuatu yang diinginkan dan dikejarnya.
  9. Sehari-hari, membaca Al-Fatihah untuk Rasulullah Muhammad SAW, untuk Syekh al Kurdi al-akbar Bahauddin Syah Naqsyaband, serta untuk Syekh Nursamad Kamba, kemudian membaca 11 kali

    (Ya khafiyyal althaf adriknaa biluthfikal khafiy;
    Ya muhawwilal hawli wal ahwal hawwil haalana ila ahsanil ahwal).
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Muhammad Ainun Nadjib
Kadipiro, 4.02.2012
mereka yang berhasil sampai ke puncak - tidak peduli apakah mereka musisi atau koki yang andal atau pemimpin perusahaan... adakah mereka yang akan melakukan apapun yang mereka cintai, bahkan meski mereka tidak dibayar

- quincy jones

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone
Telecomunication is sunset business...
Food and energy is the sunrise...
#chairul tanjung


---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone
jalan satu-satunya untuk benar-benar merasa puas adalah melakukan apa yang anda yakini sebagai karya besar. dan, satu-satunya jalan untuk melakukan pekerjaan besar adalah dengan mencintai apa yang anda kerjakan.
-steve jobs

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone

Kita adalah Sisa-Sisa Keikhlasan yang Tak Diikhlaskan - Payung Teduh



Kita tak semestinya berpijak diantara
Ragu yang tak berbatas
Seperti berdiri ditengah kehampaan
Mencoba untuk membuat pertemuan cinta

Ketika surya tenggelam
Bersama kisah yang tak terungkapkan
Mungkin bukan waktunya
Berbagi pada nestapa
Atau mungkin kita yang tidak kunjung siap

Kita pernah mencoba berjuang
Berjuang terlepas dari kehampaan ini
Meski hanyalah dua cinta
Yang tak tahu entah akan dibawa kemana

Kita adalah sisa-sisa keikhlasan
Yang tak diikhlaskan
Bertiup tak berarah
Berarah ke ketiadaan
Akankah bisa bertemu
Kelak didalam perjumpaan abadi