Saksikan Bahwa Sepi

Dengarlah suara gemercik air
di balik rumpun bambu di sudut dusun
Lihatlah pancuran berdansa riang
Menyapa batuan, menjemput bulan

Ada perempuan renta menimba
Terbungkuk namun sempat senandungkan tembang
Sedang di balik pagar gadis berdendang
tengah mandi telanjang

Dengarlah suara nafas jalanan
di balik gedung tinggi, di bawah terik
Lihatlah geriap lalu lalang disapu debu panas
Kasih pun sirna

Ada perempuan tua berdandan
bergincu tebal senandungkan dosa
Sedang di balik dinding jejaka gelisah
menunggu saat berkencan

Sangatlah nyata beda antara berdiri di bebukitan sejuk
dengan di bawah terik matahari
Saksikan bahwa sepi lebih berarti dari keriuhan
Saksikan bahwa sepi lebih berarti dari keriuhan


nb : lagu Ebiet G Ade, aku menghapal suaranya sejak umurku belum genap 10 tahun.

mencintai sejantan ali

kalau cinta berawal dan berakhir karena Allah,
maka cinta yang lain hanya upaya menunjukkan cinta padaNya,
pengejawantahan ibadah hati yang paling hakiki:
selamanya memberi yang bisa kita berikan,
selamanya membahagiakan orang-orang yang kita cintai.
-M. Anis Matta-

Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya. Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya!
Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!
‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.
”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali. Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya..
Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali. Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insyaallah lebih bisa membahagiakan Fathimah. ’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.
”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali. ”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.” Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.
Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu. Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri.
Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut. ’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah.
’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..” Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah.
Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi. ’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!”
’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha. Mencintai tak berarti harus memiliki. Mencintai berarti pengorbanan untuk kebahagiaan orang yang kita cintai. Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.
Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak. Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri. Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?
”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..”
”Aku?”, tanyanya tak yakin.
”Ya. Engkau wahai saudaraku!”
”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”
”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”
’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang. ”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.
Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi. Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.
”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”
”Entahlah..”
”Apa maksudmu?”
”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”
”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka, ”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!”
Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang. Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti. ’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”
Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian. Dan bagi pencinta sejati, selalu ada yang manis dalam mencecap keduanya.

Di jalan cinta para pejuang, kita belajar untuk bertanggungjawab atas setiap perasaan kita..


diambil dari sini

janganlah

- janganlah serius terus-terusan; cobalah bermain, bergurau, dan bercerita sebentar
- janganlah bekerja terus-terusan; cobalah menikmati puisi sesekali
- janganlah menulis terus-terusan; cobalah menggambar sesekali
- janganlah berbusana dengan kombinasi warna yang itu-itu saja; cobalah berbusana dengan kmbinasi warna yang lain
- janganlah membiarkan interior rumah begitu-begitu saja; cobalah menata ulang interior anda
- janganlah menempuh jalan yang sama setiap hari; cobalah menempuh jalan yang berbeda
- janganlah sekadar memecahkan masalah lama; cobalah mencari tantangan baru
- janganlah duduk trus sepanjang sehari; cobalah melamun sebentar
- janganlah bekerja terus sepanjang sehari; cobalah melamun sebentar
- janganlah bekerja terus sepanjang sehari; cobalah sisihkan waktu untuk beribadah
- janganlah bekerja terus selama seminggu; cobalah sisihkan waktu untuk bercumbu
- janganlah bekerja terus selama seminggu; cobalah sisihkan waktu untuk berlibur
- janganlah bekerja terus sepanjang tahun, cobalah sisihkan waktu untuk berlibur
- janganlah mandi begitu saja; cobalah mandi sambil bernyanyi
- janganlah beraktivitas begitu saja; cobalah beraktivitas sambil mendengarkan lagu
- janganlah janganlah memutuskan berdasarkan logika semata; cobalah pertimbangkan intuisi
- janganlah memutuskan berdasarkan prinsip semata; cobalah pertimbangkan sikon
- janganlah terpaku menuntaskan tugas satu per satu; cobalah menuntaskan tugas sekaligus
- janganlah janganlah berpikir sepotong-sepotong; cobalah berpikir secara keseluruhan
- janganlah membaca majalah yang itu-itu saja; cobalah membaca majalah yang tidak relevan
- janganlah cuma memperhatikan alur cerita sinetron; cobalah memeprhatikan pesan tersiratnya
- janganlah terus terusan mengoleksi buku baru; cobalah mencari teman baru
- janganlah cuma membayar makanan sendiri; cobalah mentraktir teman
- janganlah cuma menumpuk keuntungan; cobalah memupuk hubungan
- janganlah cuma memohon; cobalah bersyukur
- janganlah cuma menjalani rutinitas hidup; cobalah merenungkan makna hidup

amin Ya Rabb...

“Ya Allah, andai Engkau menganggap tidak cukup amal-amalku untuk menahan agar tidak ada dosa yang menghimpit diriku, membebani pundakku, maka tiadalah mengapa Engkau segerakan. Namun jangan ada yang Engkau segerakan, kecuali Engkau melindungiku dari keletihan ibadah kepada-Mu, menodai kepercayaan akan janji-janji,Mu, dan kemudian membuatku putus asa. Ya Allah, aku terima semua kesusahan ini, sebagai selayaknya aku terima. Ketimbang Engkau tunda dan baru kemudian diberikan di akhir hayatku, apalagi di kuburku. Ya Allah, bila amal2ku tidak cukup u/ melindungiku, maka cukuplah Engkau sebagai Pelindungku, sebagai Penolongku, sebagai Penjagaku. Engkaulah ya Allah Yang Maha Menolong tanpa melihat amalku. Engkaulah ya Allah Yang Maha Mengasihi tanpa sebab amalku. Hanya izinkan aku terus mempersembahkan ibadah terbaik untuk-Mu setelah hanya kemaksiatan yang lbh menghias catatan amalku. Kepada-Mu ya Allah Engkau menjaga hatiku u/ tetap bisa tersenyum kepada-Mu, apapun takdir yang Engkau tetapkan untukku”.

doa doa

dalam sujud tangis di keheningan malam kuisakkan seribu doa dari ratapan jiwa
doa adam, doa ibrahim, doa ayyub, doa yakub, doa daud, doa sulaiman, doa zakariya, doa muhammad, doa seribu nabi, doa seribu wali, dan doa seribu sufi yang telah mereguk cinta hakiki dan melahirkan sejuta generasi rabbani


kepadaMu, untukmu.

Kenangan Anak-Anak Seragam

(oleh : Widji Thukul)


pada masa kanak-kanakku
setiap jam tujuh pagi
aku harus berseragam
bawa buku harus mbayar
ke sekolah

Katanya aku bodoh
kalau tidak bisa menjawab
pertanyaan guru
yang diatur kurikulum

aku dibentuk dinilai buruk
kalau tidak bisa mengisi dua kali dua
Aku harus mengahapal
mataku mau tak mau harus dijejali huruf-huruf
aku harus tahu siapa presidenku
aku harus tahu ibukota negaraku
tanpa aku tahu
apa maknanya bagiku

pada masa kanak-kanakku
aku jadi seragam
buku pelajaran sangat kejam
aku tidak boleh menguap di kelas
aku harus duduk menghadap papan di depan
sebelum bel tidak boleh mengantuk

pergi

tak jadi ke praha,
ke tamarau saja.

ada apa disana?
mungkin sungai hijau, penuh bakau.
tanah lapang kecoklat-coklatan.
rumah panggung 5 meter.
bulu-bulu lembut burung dewa.
sedikit umbi khas timur.

bike quote

"When the spirits are low, when the day appears dark, when work becomes monotonous, when hope seems hardly worth having, just mount a bicycle and go out for a good spin down the road, without thought of anything but the ride you are taking."

dia kepadaku

aku melihat fotonya. tambah menarik. kalau anggun si ndak. ada juga foto berdua dengan cowoknya sekarang. ada juga foto SIM (surat izin menikah).

bagiku sekarang dia jauh. secara aku sudah tak punya akun situs pertemanan macam facebook, friendster, maupun twitter. nomor hp pun aku tak tau. pernah dulu sms aku, aku balas, namun dia tak balas lagi.

sekarang dia berubah, kulihat banyak perubahan memang. aku tak menyalahkan. toh lingkungannya memang berbeda jauh dari lingkungannya yang dulu. aku tak tahu kabarnya, dan memang sengaja untuk tidak mencari tahu. aku tak tahu bagaimana dia sekarang, apakah masih sering maag, apa masih suka dengan eskrim, apa masih takut dengan kecoa, apa masih merindukanku?

aku tak tahu semuanya. dan memang berusaha untuk tidak mencari tahu.

sekarang aku hanya bisa mendoakannya. semoga ia berbahagia selau.


nb : kau tahu, aku menyukai angka 14 karena kau. kau menuliskan note ini untukku?

hari yang indah

sehari kemarin aku mendapat banyak hal luar biasa. dan semua adalah kabar baik. kadang aku berpikir, aku ini siapa. usahaku tak pernah maksimal, ibadahku biasa saja, infak sedikit-sedikit. tapi memang, rahmat Allah tak pernah berputus, ada saja hal-hal dalam hidupku yang selalu membuatku tersenyum sendiri dan bersyukur setiap hari. termasuk kemarin.

aku memulai hari dengan bersepeda ke bumper kendalisada. pukul 6 pagi. aku sudah berjanji, jauh-jauh hari, aku akan berolahraga rutin jika ada sepeda dirumah, namun rasanya baru bisa kulakukan kemarin hari.

kemudian, di menjelang siang hari aku ada janji dengan temanku azis, dia menyampaikan beberapa kabar gembira, yang tentunya buatku dan buatnya. mengubah masa depan. kami menemui orang tua teman azis yang sungguh luar biasa orangnya. ini sangat memberikan efek luar biasa buatku untuk kedepan.

di siang harinya, saudaraku dari jeruklegi datang ke purwokerto. dia adalah mbakku, saudara sepupuku, satu lifting, yang denganku hanya terpaut 4 hari kelahirannya. sewaktu kecil, banyak yang bilang bahwa kita mirip. tapi setelah besar, nyata kami berbeda. dia cantik, dan aku ganteng. haha. namun bukan ini kenyataan ini kabar gembiranya, tapi dia datang dengan temannya dari jogja dan cilacap dan memintaku untuk menemani mereka berjalan-jalan keliling purwokerto. guide tour. okey, ini adalah hal yang paling menyenangkan dalam hidupku, menjadi guide. sama seperti kedatangan-kedatangan temanku dari jauh, aku pasti akan menyerocos sendiri tanpa diminta. kuajak ke tempat makan yang khas, ketempat-tempat khas, dan spot-spot khusus di purwokerto. dan yang lebih menyenangkan lagi adalah, aku diijinkan menyetir mobil saudaraku. taukah kawan, apa mobilnya? SUZUKI SWIFT! mobil impianku sejak 2007. hoho, jadi seperti ini to rasanya, gumamku dalam hati. mantap benaar!

sampai malam aku baru puang, menuju kerumah. dan kembali menaiki upa, motor supra tersetiaku. hidup harus terus berjalan. naik swift, bisa lain waktu, semoga lain waktu aku diajak nyupir lagi, hehe.

cihui dah!

nb : btw, aku gak bisa buka tutup bensin swift, malu rasanya, hihi

23 September 2010
05:24

sembari mendengarkan Ikhlas - Bossanova Jawa,
menunggu terang, siap-siap bersepeda.

ingat pesan ini

Makanya, jangan sampai kecanduan Facebook dan Twitter menggantikan ajang sosialisasi Anda di dunia nyata!

oh ya, ini pesan lama temanku, jauh dari ujung pulau disana.

sehabis ramadhan

Setiap habis Ramadhan
Hamba rindu lagi Ramadhan
Saat – saat padat beribadah
Tak terhingga nilai mahalnya
Setiap habis Ramadhan
Hamba cemas kalau tak sampai
Umur hamba di tahun depan
Berilah hamba kesempatan
Setiap habis Ramadhan
Rindu hamba tak pernah menghilang
Mohon tambah umur setahun lagi
Berilah hamba kesempatan

Alangkah nikmat ibadah bulan Ramadhan
Sekeluarga, sekampung, senegara
Kaum muslimin dan muslimat se dunia
Seluruhnya kumpul di persatukan
Dalam memohon ridho-Nya

KAMI BERTIGA

dalam kamar ini kami bertiga:
aku, pisau dan kata --
kalian tahu, pisau barulah pisau kalau ada darah di matanya
tak peduli darahku atau darah kata

(SDD)

resep menulis

hanya ada tiga resep, 1. ditulis 2. ditulis 3. ditulis itu saja.. jgn pedulikan soal bagus atau jelek.. jangan pikirkan dimuat atau tidak.. jgn pusing2 dgn kalimat pembuka, selesai atau tdk.. ditulis saja.. dan percayalah, sekali kebiasaan itu datang, kita hanya perlu menambahkan sedikit niat yg tulus, sejumput energi kebaikan, maka insya Allah, tulisan kita akan menyentuh dan bermanfaat bagi banyak orang..


ini postingan asli bang darwis (tere liye). ku ambil dari blognya di multiply. sama seperti sivi, aku juga kagum sama dia.

btw, ini bersambung lho.

keinginan

kawan,
kalau boleh ku tahu,
sebutkan satu keinginan yang ingin kau capai sekarang...



*jika kau menanyakan kenapa? aku ingin mengamininya. sesederhana itu.

hadiah spesial

hari ini aku mendapat hadiah spesial dari orang-orang yang paling dekat denganku :
- bapak : senyum wibawa penuh arti
- ibu : masakan enak siap saji
- mbak : kebersamaan yang hangat
- mas : sedikit waktu yang diselakan
- neysa : ciuman dan pelukan manja

thanx, kalian memang keluarga juara nomor satu dunia!

nb : repost, ini sewaktu ultah kemarin. februari.

Happy Mubarak

bila ada kata-kata yang error atau kernel panic mohon dimaafkan secara clean install
dan dperbaharui dengan combo update 10.5.5
semoga silaturahmi kita selalu terjalin melalui iphone 3G
dan meningkatkan ibadah kita menjadi core2duo 2,5Ghz macbook pro
serta sering melantunkan ayat2 suci al Quran seindah alunan ipod thouch


Jika hari2 yang lalu hati ini sehitam macbookblack
semoga di lebaran ini menjadi putih seputih macbook white
dan dosa2 kita hangus terbakar oleh toasttinanium 9.0.2..
amiinn...

mohon maaf lahir dan batin

"Taqobalallahu minna wa minkum..."

Happy Mubarak 1431 H

salam,
hilmynugraha

buku tergeletak

"book collecting is an obsession, an occupation, a disease, an addiction, a fascination, an absurdity, a fate. it is not a hobby. those who do it must do it. those who do not do it, think of it as a cousin of stamp collecting, a sister of the trophy cabinet, bastard of a sound bank account and a weak mind."
— Jeanette Winterson


ramadhan ini kuharap jadi banyak perubahan dalam diriku. mulai dari rajin ibadah, rajin membaca, rajin nulis, rajin bersih-bersih rumah, hingga rajin mandi. namun harapan tinggal harapan. aku tetap mempertahankan tradisi lama yaitu bermalas-malasan dengan itu semua. ah, kau memang tak berubah hill!

apa lagi tentang buku. bulan ramadhan ini targetku adalah menyelesaikan buku api sejarah-nya ahmad surya mansurnegara. buku setebal 584 halaman ini kuniatkan selesai bersamaan selesainya bulan ramadhan. dan kemabli lagi, niat tinggal niat. meski sudah kuperpanjang berkali-kali di perpus, aku tetap saja belum menyelesaikannya. sudah tahu begitu, aku menambah daftar bacaan lagi di bulan ini. aku memperbanyak koleksi buku tentang tulis menulis. aku cari buku-buku hernowo. di perpus, punyaku, pinjam dan di togamas. ku temukan dua judul. vitamin T kudapat di perpus dan quantum writing kupinjem dari Mas Ryan. kutambah lagi daftarnya dengan buku menyusuri lorong-lorong dunia tulisannya mas sigit susanto. diatas buku itu kutumpuk buku marketing is bullshit, penulisnya ippho santosa, kupinjam dari rizky.

sudah banyak daftar buku yang mesti kubaca bulan ini, namun aku tetap saja malas membacanya. dan kegilaanku berikutnya muncul. aku malah membeli buku. burdah (muhammad adib), balthasar odyssey (amin maalouf) , menatap punggung muhammad (fahd djibran) dan galaksi kinanthi (tasaro gk). ah, gila! sudah buku yang kemarin belum kelar, aku malah membeli buku. book shopaholic kau! belum selesai mengagumi kegilaanku yang sebelumnya, aku kembali menambah daftar bacaan lagi. aku pinjam 3 buku tentang kepenuliasan dari hani dan 1 novel muhammad, lelaki penggenggam hujan milik afi. edan!

ya, entah karena kesibukanku atau karena kemalasanku, kesemua buku itu hanya tergelatak di kamar, diatas kasur, diatas printer, bahkan ada beberapa tercecer di lantai. aku jadi malu. berniat menjadi penulis, tapi untuk membaca saja malas bukan main.

aku hanya berdalih, seperti yang di ucapkan frank zappa :

"So many books, so little time."
— Frank Zappa

so, lets read! ojo males rek!


nb : kata melyn : sakit gila no 25, suka beli buku tapi males bacanya. hoho

Jakarta

Lagu Dua (album Hijau – 1992)

Jakarta sudah habis
Musim kemarau api
Musim penghujan banjir

Jakarta tidak bersahabat
Api dan airnya bencana
Entah karena kebodohan kecerobohan
Atau keserakahan

Jakarta sudah habis
Diatasnya berdiri bangunan bangunan industri
Disekitar bangunan bangunan itu
Bangunin bangunin memproduksi belatung

Jakarta sudah habis
Warna tanahnya merah kecoklat coklatan
Mirip dengan darah
Mirip dengan api
Mirip dengan air mata

Tanah Jakarta sedang gelisah
Jangan lagi dibuat marah
Tanah Jakarta sedang gelisah
Jangan lagi dibuat marah

Jakarta sudah habis
Dijalan jalan marah ( Dijalan )
Dijalan marah marah
Dirumah rumah marah ( Dirumah )
Dirumah marah marah
Apa enaknya ?

Jakarta sudah habis
Empat puluh persen rakyatnya
Beli air dari PAM
Sisanya gali sendiri

Persoalannya gali pakai apa ?
Tentu saja gali pakai duit
Duitnya terbuat dari air mata asli

Jakarta sudah habis

Sebentar lagi kita akan menjual
Air mata kita sendiri
Karena air mata kita
Adalah air kehidupan

Jakarta sudah habis
Tetapi Indonesia bukan hanya Jakarta

Jakarta
Jakarta

Cuma enak buat cari duit
Nah kalau duit sudah punya
Hijrah saja
Hijrah saja
Hijrah saja
Hijrah saja

Tanah Jakarta sedang gelisah
Jangan lagi dibuat marah
Tanah Jakarta sedang gelisah
Jangan lagi dibuat marah

Jakarta
Jakarta
Jakarta
Hijrah saja

Jakarta sudah habis
Musim kemarau api
Musim penghujan banjir

Jakarta tidak bersahabat
Api dan airnya bencana
Entah karena kebodohan kecerobohan
Atau keserakahan

Jakarta sudah habis
Jakarta sudah habis

nb : lagunya bang Iwan Fals.