Gondrong Gundul

Hal aneh bisa berasal dari kontradiktif akan satu hal dengan hal yang lain. Dan ini terjadi pada saya dan Bumi.

Ketika kemarin berjalan-jalan ke Aroma, sekedar membeli tepung sagu dan butter salt free, Bumi kududukkan di keranjang dorong. Lucu bukan main mukanya.,Bumi usai bercukur rambut, gundul plontos jadinya. Terkadang jail juga, ambil barang sana sini ikut dimasukkan ke keranjang. Tapi mungkin yang lebih menarik bukan itu. Ketika saya mendorong kereta belanja, mata penjaga dan pembeli 70% memandang kami.

Lah yo piye, anakke gundul bapakke gondrong. Opo tumon?

Saya sengaja memanjangkan rambut sebagai tanda kebebasan. Dan Bumi sengaja ku cukur sebagai belajar disiplin. Plus agar rambutnya tumbuh makin lebat.

Gon Gun!


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Gagap Masyarakat

Setelah obrolan panjang dengan Pakde Jani, kakak tertua dari ibuku, di Belik, tiba pada simpulan bahwa kuliah memang keren, tapi tidak guna-guna amat. Simpulan ini belum selesai, jadi jangan marah dulu.

Apabila kuliah hanya ngampus kosan dolan saja. Mahasiswa yang lurus-lurus di kampus juga hidupnya akan monoton. Bisa jadi ia cemerlang di kampus, tapi di luar belum tentu. Gaya hidup anak kampus sekarang membumbung tinggi, nongkrong di cafe, belanja di distro yang hampir ada di sekitar kampus, bikin mahasiswa lupa tujuannya kuliah.

Yang rajin pun, cuma kosan kampus kosan kampus saja. Peduli nomor satu hanya kepada dirinya sendiri. Nilai, IPK, kelulusan. Mana mungkin melek terhadap kondisi sekitar.

Akhirnya, kampus cuma jadi menara gading penghasil sarjana tapi gagap terhadap masyarakat. Mereka tidak lanyah berbicara di depan umum, komunikasi personal dengan orang tua, identifikasi permasalahan di masyarakat bahkan merasa lebih pintar dari masyarakat. Ketika lulus, bingung mau mengerjakan apa, padahal beribu pekerjaan masyarakat didepan mata.

Hm, jadi ingat ada slogan menarik. "KULIAH BAE, KAPAN SINAUNE?". Benar adanya. Mahasiswa kita jauh dari sinau, nyinau ke masyarakat apalagi nyinauni masyarakat.


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Cikal - Iwan Fals

Kerbau dikepalaku ada yang suci
Kerbau dikepalamu senang bekerja
Kerbau disini teman petani

Ular dinegara maju menjadi sampah nuklir
Ular didalam buku menjadi hiasan tatto
Ular disini memakan tikus

Kerbauku kerbau petani
Ularku ular sanca
Kerbauku teman petani
Ularku memakan tikus

Kerbauku besar kerbauku seram
Tetapi ia bukan pemalas
Hidupnya sederhana

Sancaku besar sancaku seram
Mengganti kulit keluar sarang makan dan bertapa
Hidupnya sederhana

Ularku ular sanca
Kerbauku kerbau petani
Ularku memakan tikus
Kerbauku teman petani

Walau kerbauku bukan harimau
Tetapi ia bisa seperti harimau
Kerbauku tetap kerbau
Kerbau petani yang senang bekerja

Sancaku melilitnya
Kerbauku tidak terganggu
Karena sancaku dan kerbau
Temannya petani

Lalu dimana anak anak sang tikus?

Bayi bayi bayi
Murni dan kosong

Bayi bayi bayi
Bayi ya bayi

Kalau kita sedang tidur dan tiba tiba saja kita terbangun
Karena lubang hidung kita terkena kumis harimau
Mungkin kita akan lari ya lari
Tetapi bayiku tidak

Bukan karena bayiku belum bisa berlari
Aku percaya
Aku percaya

Bayiku tidak akan pernah berfikir
Bahwa harimau itu jahat
Bayiku menarik narik kumis
Dan memukul mukul mulut harimau
Harimau malah memberikan bayiku mainan

Bayiku menjadi bayi harimau
Bayi harimau anak petani
Seperti sanca melilit kerbau
Ia ada di gorong gorong kota

Lantas apa agamanya?

Kerbauku kerbau petani
Ularku ular sanca
Bayiku murni dan kosong
Ia ada di gorong gorong kota

Kerbauku kerbau petani
Ularku ular sanca
Bayiku bayi harimau
Ia ada di gorong gorong kota

Bayi bayi bayi
Murni dan kosong

Bayi bayi bayi
Bayi harimau

Bayi bayi bayi
Yang berkalung sanca

Bayi bayi bayi
Yang di susui kerbau

#lirik dan lagu ini sering saya nyanyikan untuk Bumi.


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Penggemar Remah-remah

Ini hanya sebuah metodologi. Sebuah strategi. Jadi tak pantaslah jika didewa-dewakan. Toh bukan ini tujuannya. Ada yang lain.

Bunda baru saja menerapkan sistem makan kepada Bumu yang menurut saya cukup aneh. Meskipun juga cukup logis. Bumi setelah umur 6 bulan, menginjak pada usia yang harus mulai dikenalkan dengan makanan. MPASI, makanan pendukung air susu ibu. Makanan yang dikenalkan tentu tidak langsung martabak, rujak atau capucino cincau. Ya bertahap. Mulai dari buah, sayuran, nasi, daging, dan seterusnya.

Setelah belajar, kami mantap menggunakan metode BLW, baby lead weaning. Intinya, bayi memakan sendiri apa yang ada didepannya. Kita tinggal potong-potongkan saja makanannya, tidak perlu dilembutkan. Hanya dikukus. Lalu bayi akan mengambil sendiri makanannya dan memakannya langsung.

Positifnya, dia lebih tahu takarannya dia. Dan mempercepat belajar makan sendiri. Logikanya, mereka sebenarnya punya insting dalam makan, yang justru kadang kita matikan sejenak dengan memberinya makan tidak sesuai ukurannya.

Semenjak itu pula Bumi makan sendiri. Hampir tidak pernah disuapin. Ketrampilan tangannya berkembang cepat. Mengambil makanan tidak salah, langsung dimasukkan ke mulutnya. Lucu bukan main. Nah, begitu ahlinya mengambil makanan, maka ketrampilan selanjutnya setelah mencomot (besar) adalah mencimit (kecil).

Lalu sekarang, apalagi yang dilakukannya kalau bukan operasi sapu remah-remah makanan? Kalau dilarang, malah merangkak menjauh dengan cepat ditambah mlengos. Lah ya bukan marah, tapi malah bikin ketawa kita. Remahan kentang, wortel, nasi, brokoli, tomat dan lain sebagainya. Pernah kemarin makan tanah, batu sampai bebek-bebekkan. Prestasi terakhir makan semut ambil sendiri di ujung pintu.

Fuh, kamu manusia nak, bukan trenggiling!


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Logika Tani

Diawali dengan kegelisahan Pak Onos akan sawahnya yang luas, tapi susah mendapatkan buruh tandur. Dilanjutkan pada workshop bersama Pak Toto. Semua kita bahas satu persatu prosesnya.

Alhamdulillah, kemarin di Jogja sempat ketemu Cak Dil dan mendapatkan ide segar yang brilian untuk bisa minimal mengatasi awal segala permasalahan ini. Nah kemudian, proses dilanjutkan dengan diskusi internal kami di malam jumat.

Mas Agus menjelaskan bahwa seperti ini tugasnya negara. Menjamin petani bisa hidup. Bukannya mematikan mereka dengan mendukung pabrik-pabrik berdiri dan perumahan-perumahan dibangun. Mas Rifangi, yang memang bertani, bercerita tentang keheranannya dia, kenapa orang tidak bangga bertani. Malah justru memilih menjadi buruh pabrik bulu mata palsu.

Diskusi itu cukup panjang. Dalam diskusi malam jumat kemarin, saya menemukan titik point yang saya anggap cukup apik. Pak Hono cerita, kalau dia dapat warisan berhektar-hektar kebun singkong di Pengadegan, Purbalingga. Seharusnya, tani singkong kan untung, batang singkong yang hanya beberapa centi bisa tumbuh menghasilkan 1-3 kg singkong. Ini kan nilai tambah yang luar biasa. Tapi sampai saat ini, masih tetap rugi.

Ada apa ini? Logikanya, padi dari berapa butir bisa menjadi ratusan butir. Lalu, kenapa masih juga tidak untung?

Ada yang salah. Dan itu ada pada sistemnya.

Mari Mengkaji!


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Salah Pilih

Sesaat waktu awal muncul disubya-subya sedemikian rupa. Dipertengahan jalan sudah dicaci kembali oleh pendukungnya. Katanya si bentuk kepedulian pendukungnya, tapi saya pikir itu agak putus asa.

Berapa kali rakyat Indonesia masih salah pilih. Melihat baik sedikit, tidak kita cek lagi seperti apa motivasinya. Kurus lebih Indonesia daripada yang gemuk. Mungkin karena masa lalu kitapun salah pilih pemimpin, pilih yang gemuk dan penuh gizi.

Turun ke rakyat dibilang luar biasa, lha wong itu tugasnya kok. Anti korupsi dibilang keren, lha itu kan kewajiban semua to. Jujur kok hebat, lha kan manusia kudu jujur. Apa yang luar biasa? Apa yang keren? Apa yang hebat?

Saya curiga, ini tidak sampai lima tahun.

Ah, kita lihat saja.


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Didatangkannya Pak Onos

Pak Onos orang kejawen. Dalam pikirannya, segala bentuk ritual tradisi adalah kewajiban kita terhadap manusia. Beliau tidak lepas dari tradisi memberikan sesaji. Dari kopi pahit, bubur abang putih, kembang setaman, rokok klobot sampai daging ayam cemani sudah pernah ia sembahkan. Bukan sebagai apa-apa, melainkan penghormatan kepada leluhur.

Segala macam tirakat sudah pernah dilakukan. Puasa weton, puasa mutih, puasa ngrowot, ziaroh makam wali, ziaroh petilasan, tapa laut, tapa gua, tapa tritikan dan apapun sudab pernah dia alami. Semata-mata sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur.

Tapi, setelah berdiskusi panjang bersama teman-teman, kami menemukan banyak titik yang tidak nyambung. Pak Onos tahu, bahwa segala macam tirakat mengantarkannya kepada terkabulnya keinginan. Tapi baru tahu, bahwa Allah lebih tahu atas kebutuhan diri kita. Dia Maha Melayani. Pak Onos tahu, bahwa sesaji adalah bentuk penghormatan kepada leluhurnya. Tetapi Pak Onos baru tahu, kalau itu semua hanya password untuk memasuki birokrasi Tuhan Semesta Alam.

Ada banyak hal yang menarik setelah Pak Onos datang. Pengethuan-pengetahuan kejawaan, ilmu leluhur, tradisi ritual kejawen, semua justru bermuara pada ketauhidan yang sejati. Itu mungkin tugasnya beliau datang pada diskusi kami. Sebuah konfirmasi akan hasil diskusi kami selama ini.

Lanjutkan!


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Kalah Logika

Saya pernah berdiskusi panjang dengan Mas Agus, Purbalingga. Sampai tiba pada sedikit simpulan bahwa "Kita ini adalah musa yang berkali-kali pingsan di bukit tursina kehidupan sehingga memerlukan pertemuan dengan khidir". Saya sejenak diam.

Iya benar. Disinilah logika mursyid dan kemursyidan itu dibutuhkan.

Maksudnya apa? Saya jelaskan kemudian. Otak saya masih buntu membahasakannya.


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Ngemat

Seorang pejalan Maiyah Youtube bertanya: السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Setelah beberapa kali saya mengikuti pengajian Cak Nun melalui beberapa video KC di YouTube tiba-tiba saya setiap kali saya berpikir tentang berbagai hal pasti arah pikiran saya selalu tertuju pada sesuatu yang tanpa awal dan tanpa akhir, saya agak kesulitan ketika harus membuat peta-peta pikiran yang kongkrit, mohon do'a dan arahan singkat padatnya Cak
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

>>> Itu tahap, menuju pengutuhan pola pikir.

Kalau pengajaran kognitif, menginformasikan per penggal 'barang jadi'.

Maiyah 'melibatkan' ke komprehensi /komplek /dialektika /lipatan2.
Pikiran bekerja sendiri mengolah keutuhannya.

Kepercayaan tarik tambang dg kewaspadaan.

Iktikad baik (mental) dan kejujuran (pikiran) dan kesucian (hati) membimbing kita menuju pengutuhan (tauhid).

Nanti tiba2 kita kaget 'kesaktian Allah' di tangan kita.

(Mbah Nun)


@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Memperlakukan Matahari

Jangan terlalu membebani sekolahan, kampus, dosen-dosen dan skripsi atau keseluruhan dunia ilmu pengetahuan dengan harapan-harapan dan impian-impian. Jangan minta terlalu banyak kepada semua itu.

Kalau mencari ilmu, kearifan dan kemuliaan hidup, jangan andalkan itu semua. Lebih baik berharap kepada bagaimana caramu sendiri melihat dan memperlakukan matahari setiap pagi, dedaunan, tetangga, pasar atau impian-impian aneh setiap malam.

Mintalah ilmu kepada pemilikNya di setiap butiran udara.

(Mbah Nun)


- sent from my Lenovo Android

CN

Rabiah tidak ditugasi nengahi kasus Sampit, Rumi tidak diinstruksikan utk diganggu2 pilpres pilkada, Ibnu Araby tidak diamanati mbayarin pasien miskin di RS, maulana Yazid tdk disuruh maiyahan dg sgl makhluk sekian lapis sekian segmen sekian dimensi sekian permasalahan
(CN)

Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Bau Mulut

Kita selalu saja menghindar bau mulut orang lain, apalagi kalau orang itu baru saja mengkonsumsi petai dan sebagainya. Meskipun dalam agama ada hadist yang mengatakan bau mulut orang yang berpuasa itu seperti minyak kesturi. Tapi toh, tetap saja bau. Dan minyak kesturi seperti apa itupu sampai sekarang kita tidak ketahui eksistensinya.

Tapi ada yang lain di saya. Saya suka sekali bau mulut Bumi. Pas dia bangun tidur, saya hirup dalam-dalam bau mulutnya. Pas baru mimik susu, saya cium mulutnya. Habis makan pendukung ASI, saya kembali lagi menghirup bau mulutnya.

Dan memang berbeda. Tetap wangi. Bisa jadi karena mungkin belum makan apa-apa. Tapi sebenarnyapun sudah makan apa-apa. Tapi kenapa tetap wangi dan baunya enak?

Bisa jadi juga, bayi tidak pernah serakah. Dia memakan hanya kebutuhannya saja. Teratur dan beradab. Cukup berbeda dengan kita yang dewasa yang makan apa saja tidak tahu aturan. Sehabis makan sate kambing lantas minum jus alpukat, cemilannya mendoan. Pulang dari warung mampir beli martabak dan es cincau atau milkshake.

Kalau demikian, mana yang lebih beradab? Padahal katanya kita sudah cukup dewasa.
Sedang untuk menahan diri saja sulit bukan main.


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Bunyi Berbunyi

Salah satu sesi workshop kemarin adalah membahas strategi yang akan digunakan untuk para musisi Purbalingga untuk gerakan Maiyah. Pak Toto menjelaskan bahwa, yang utama pemusik itu sanggup memberikan nuansa pada setiap acara yang diiringinya. Melalui musik itu, bisa tercipta kekhusyukan, kedalaman, kesegaran, hiburan hingga humor. Itu semua harus bisa dilakukan. Tugas utama musisi melayani pendengar.

Dan bentuk konkritnya, mereka diminta mendengarkan musik yang diberikan oleh Pak Toto sebanyak 5.7 Giga. Atau sekitar 1000 lagu dengan file mp3. Dicari nuansanya. Adaptasikan dalam musik sendiri. Bukan mencontoh secara letter lux, tapi ambil saja nuansanya.

Ini semua yang dilakukan Kiai Kanjeng selama ini.

Pada Bumi, pelan-pelan saya mengkayakan hati telinganya. Nuansa pendengarannya. Pagi ini bisa saya dengarkan Queen, "Don't Stop Me Now", esok Michael Bubble, "Home", beberapa kali gitaran etniknya Dewa Budjana dan Balawan. Pernah Gugun Blues tapi agak ritmik juga. Kadang Norah Jones, biar agak lompat nge-jazz n trendy. Lebih sering tentunya Kiai Kanjeng, sama Wiridannya Simbah.

Eh, salah satu threatment saja. Mengkayakan ruang dengarnya.

Dan kalau itu suara dibikin-bikin, atau buatan, lebih substansi juga mengenalkan suara ayam belakang, suara air kala hujan turun, suara air mengalir disawah, suara burung milik kakung, suara traktor disawah pinggir rumah.

Dan pelan-pelan itu mengantarkan telinga batinnya mendengarkan suara yang Sejati.
Dia Yang Sejati.


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Motivasi

Diam-diam yang membaca blog saya, ada juga. Mungkin tak banyak, tapi ada. Padahal, saya sendiri malah ndak pernah membukanya, melihat tampilannya, edit layout, tambah widget, atau malah menganalisis pengunjungnya. Saya cukup asyik dengan fasilitas blogger yang bisa mengirim tulisan atau posting melalui email.

Meski pembaca blog saya bisa dijadikan motivasi saya untuk terus menulis, tapi saya juga musti menemukan motivasi paling dalam di diri saya. Masa iya, manusia cuma bisa semangat kalau ada faktor eksternal, sedang faktor internalnya tidak kuat. Wah, kok payah sekali saya.

Akhirnya ya, ketemu juga. Saya memang sedang serius menstrukturkan kembali cara berfikir saya melalui tulisan. Ssya mau merangkum semua hasil baca, melihat kondisi, diskusi dengan istri dan teman, berguru kepada sesepuh dalam bentuk tulisan, meski masih pendek-pendek.

Pernah saya bayangkan, kalau 10 tahun kemudian saya membaca alur berfikir saya dahulu dalam tulisan blog saya ini, saya bakal ketawa ketawa sendiri. Pernah juga saya berfikir demikian. Dan itu tertuliskan semua.

Sebuah proses berfikir.


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Film

Puluhan judul film sudah saya kopi. Ah, banyaknya. Tak cukup setengah tahun menghabiskannya.

So, memproduk juga dong, jangan hanya mengkonsumsi. Minimal menulis resensi, refleksi, apresiasi atau apalah.


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

mematematika

Simbah bilang, matematika itu ilmu paling suci, paling jujur, paling tauhid.

Bagaimana tidak, didalamnya semua harus dijawab dengan jujur. Satu tambah satu sama dengan dua. Empat pangkat dua sama dengan enam belas. Dan kita tidak bisa mereka-reka jawabannya.

Jujur itu suci.

Lantas, jika demikian, apa iya matematika bukan pelajaran agama? Pelajaran tauhid?


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Belum Masuk Akal

Saya tidak tahu, kalau sebenarnya ada beberapa sajian seperti teh pahit, wajik, kembang, rokok klobot dipojok warung Asli, kutowinangun itu adalah kesukaannya leluhur yang punya warung.

Saya juga tidak tahu, kalau ada rokok mild, jenang n kembang disamping rumah kang Jumad, karanggambas juga merupakan sajian klangenan leluhur yang punya rumah.

Sesaji, sajen. Apa ini sebenarnya? Klenik?

Apa iya, sesuatu yang tidak bisa kita wadahi lantas kita tiadakan eksistensinya? Apa iya, kalau sesuatu belum masuk akal bagi kita, lantas kita tidak percaya kebenarannya? Kenapa kita percaya benar rumus matematika, meski kita enggan membuktikannya?

Jangan-jangan, wadah kita yang memang belum mampu menampung semua logika berfikir atas apa yang kita anggap belum atau tidak masuk akal. Ini yang selalu Tuhan katakan. Kita diminta untuk berfikir. Mencari tahu.


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Perut Buncit

Perut Buncit

Seharian ini saya ngendong ke sebuah instansi pemerintahan. Dan kemudian saya mengaplikasikan dengan cepat sebuah pelajaran yang kemarin dititiskan langsung oleh Pak Toto, yaitu riset.

Diam-diam, saya meriset pegawai-pegawai disana. Dan lebih spesifik perutnya. Alhasil, saya menghitung, lebih dari 70 persen pegawai mereka berperut buncit.

Ada apa ini? Sebenarnya?
Teman saya pernah bilang, kalau pegawai berperut buncit itu cenderung melakukan korupsi. Ah, siapa bilang. Saya belum percaya.

Mungkin ini bisa jadi riset berikutnya. Apa hubungan perut buncit dengan korupsi. Wong saya saja juga agak membuncit juga. Lha piye?


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Door!

kita dan Tuhan itu seperti permainan petak umpet. Tuhan maunya tidak ketahuan, meskipun dekatnya minta ampun. maunya ngumpet, sembunyi dibalik kejadian. tugas kita sebenarnya mencari dia, dimanapun, sampai ketemu. Tuhan menghargai orang yang mencari dan terus mencari.

Tuhan nongol ketika kita putus asa.
Door!

Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Pura-pura Beragama

Diam-diam kita pura-pura beragama. Ngomongnya menyembah, padahal beli pahala. Ngomongnya cinta pada Rasul, padahal cari untung uang. Ngomongnya peduli sesama, padahal mau menikam dari belakang.

Sholat masih cari pahala, apa ini keikhlasan? Ini dagang. Mengikuti shunah biar dibilang islam, apa ini cinta? Ini materi. Bantu orang lain biar hidupmu juga enak, apa ini pengabdian? Ini transaksi.

Lah yang bener gimana?
Cari agama baru?
Yang salah bukan agamanya, tapi diri kita sendiri.
Kita terlampau sibuk beragama, tapi lupa bertuhan.

Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Pesen Simbah Nggawe Semangat

'Silaknas' Maiyah spt di Purwokerto ini sudah bbrp kali diselenggarakan (di Kaliurang, Yogya, Menturo, Puncak dll) dengan pola pandang yg berbeda atau berkembang, di tengah era zaman yg juga berbeda2. Salah satu dimensi pemikiran yg belum tuntas dan 'bersih' adalah mindset yg mengandaikan sukses/gagalnya Maiyah diassosiasikan atau diidentikkan dg yg dicapai oleh Munas Parpol, Muktamar Ormas, Rapat Gelap Revolusi, dst -- di kutub lain ada yg berpandangan sebagaimana konsep Ratu Adil atau Tukang Sulap Pengubah Peradaban.
( Mbah Nun )


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Nggaya

Jebul-jebul, saya ini ndak bisa gambar beneran. Padahal kalau di deskripsi twitter atau yang lain saya ini "membaca, menulis dan menggambar". Sebuah slogan menarik untuk pendidikan dasar. Haha, jadi selama ini cuma omong doang. Corat coret pinsil tak pernah berbentuk. Doodle ora telaten. Milih warna kacau. Desain lebih acakadut.

Dan jebul-jebul lagi, saya ini ndak bisa nyanyi. Padahal gaya sudah macam vokalis Letto, rambut gondrong, selalu pakai jins n kaos oblong. Pakai aksesoris tanbahan. Tapi yo, nek nyanyi suaranya blero. Musiknya ngalor, vokal saya ngidul. Nada tinggi rendah ndak pernah pas. Masuk lagu salah. Lah yo piye ki?

Tapi terus, apa saya musti putus asa dalam hidup?

Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Uang Masjid

Apakah anda bisa menyebutkan kas masjid di daerah anda? Berapa ratus ribu? Berapa juta? Berapa puluh juta? Atau bahkan berapa ratus juta?

Hebat? Luar biasa? Keren? Fantastik? Atau bahkan memprihatinkan?

Coba lihat radius 100 meter disekitarnya. Sudah beres semua?

Ah. Masih banyak PR, nampaknya.

Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Takhayul Modern

Orang jaman dulu bisa menganggap duduk di pintu membuat jodoh sulit bertemu, atau bisa juga menunjuk gunung dengan jari telunjuk membuat gunung meletus. Bagi mereka itu sebuah keyakinan pasti. Tapi bagi kita sekarang, itu adalah takhayul.

Takhayul adalah kita percaya dengan dongeng-dongeng yang diciptakan oleh orang yang berkepentingan agar kita yakin terhadapnya.

Jika dengan semua dongeng di atas kita tidak percaya karena itu tidak logis, lantas apakah semua yang terjadi di zaman modern ini lebih logis untuk dipercayai?

Kita melihat shampo, apa iya barang tersebut membuat kita lebih tampan lebih cantik? Kita melihat krim pemutih, apa iya barang itu membuat kita menarik? Apa yang menarik itu yang kulit putih? Apa yang cantik itu yang rambut lurus? Itu hanya contoh kecil.

Apa ini bukan takhayul namanya? Lantas, siapa sebenarnya yang berkepentingan menciptakan dongeng-dongen ini?

Tugas kita mencari, niteni. Dan mematahkan takhayul modern ini.


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Hari Kesembilan

Melihat presentasi Pak Toto Rahardjo kemarin tentang Suku Boti, ada baiknya, kita bikin hari sendiri. Dan bikin planning perencanaan apa yang akan dikerjakan besok, serta evaluasi apa yang sudah kita kerjakan kemarin.

Nampaknya ini konsep bagus. Apalagi bisa diterapkan ke keluarga. Ya ya ya.

Bisa dicoba.

Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Bung Sambung

Tersambungnya Mas Jumad, toko material, orang kaya di Karanggambas, Abdurahman bin Auf-nya Maiyah Purbalingga dengan Pak Toto, atas Difa-nya. Teknologi penstabil tanah, membuat jalan tanpa pasir, membuat bata tanpa dibakar.

Tersambungnya Mas Nael, tokoh pemuda Karangklesem, pembaharu pendidikan di desa dengan Pak Toto melalui konsep pendidikan manusianya. Memanusiakan manusia, belajar meriset kasunyatan.

Teraambungnya Pak Onos, pemilik sawah 14 hektare di Kroya dengan Pak Toto melalui Cak Dil, Jamaah Residu Nol, ahli silaturahim, ribuan ide ada dalam pikirannya.

Tersambungnya kita semua, Maiyah Juguran Syafaat dengan Pak Toto, suhunya pergerakan Indonesia.

Apalagi yang lebih membahagiakan?

Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Ajar Kiri

Saya kira, beliau manusia paling angker yang ada di panggung Maiyah. Paling disegani. Beberapa jamaah bahkan alergi. Atheis dan sosialis. Melekat kuat di reputasi nama hidupnya.

Umurnya selisih sedikit dibawah Mbah Nun, tapi usia prosesnya hampir sama. Wajahnya sepuh, tapi kokoh dihantam proses berliku. Interest dalam hal sosial kemasyarakatan.

Tak mengira, beliau sudi hadir ke kami. Memberikan ilmunya. Menitiskan satu-satunya wahyu pergerakan kepada kami. Siapa yang tidak hormat?

Jauh dari kesan diatas itu semua. Beliau seorang bapak, family man. Pencari keadilan. Spiritualis sejati. Penggali hal yang tidak umum. Dan suka bercanda.

Toto Rahardjo, 20 tahunan lebih.membuang dirinya ke masyarakat diseluruh pelosok desa nusantara. 30 tahunan lebih membersamai Mbah Nun.

Saya bangga, kami hormat!
Maturnuwun Pak Toto!

Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Membeli Petani

Pak Onos, seorang teman dekat saya tinggal di sebuah desa di Kroya, Cilacap. Dia memiliki sawah yang luas, begitupun keluarga. Bersama keluarganya yang tinggal didesa itu, Pak Onos mengolah sawah untuk penghidupan. Hampir 14 hektare total semua tanah itu. Luas. Sangat luas.

Agak menyedihkan mendengarkan cerita terakhirnya, beberapa petak sawahnya tidak bisa ditanam. Bukan karena musim, bukan karena kurang modal, bukan karena kurang bibit. Semata-mata tidak mendapatkan jatah buruh tani tandur. Buruh tani yang hanya menggarap nandur sawah ini sudah sulit dicari.

Tetangganya bahkan indent 2 bulan hanya untuk mendapatkan jatah buruh tani tandur bisa bekerja di tanahnya. Tanah Pak Onos bahkan sudah hampir 2 bulan tak ditanami. Semata-mata hanya menunggu buruh tani tandur yang free.

Buruh tani tandur, sudah langka. Urbanisasi, kurang kaderisasi, moderenitas, bisa kita salahkan cuma-cuma. Lalu, apa iya kita musti impor buruh dari Vietnam, padahal mereka sendiri belajar ke Kita?
Ah. Sedihnya.

Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Kartu Pos dari Finlandia

Ini mungkin menjadi barang terjauh yang saya miliki, selain gantungan kunci dari Belanda. Kartu pos dari Finlandia.

Melyn, adik saya sedang belajar entah apa di sana. Patut ku acungi jempol, karena dia memilih tempat yang strategia untuk belajar. Orang bilang, Finlandia adalah tempat di dunia ini yang memiliki sejarah pendidikan terbaik di dunia.

Dalam pesan di kartu pos, Melyn sedikit menceritakan deskripsi kesenian di sana. Saya jadi membayangkan, apa iya Bumi perlu sekolah jauh, sampai Finlandia, untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik selama hidupnya?

Saya rasa ini perlu di dekonstruksikan lagi pemikirannya.

Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Kalender Jayabaya

Saya sengaja pesan 3 eksemplar tanggalan Jayabaya ini ke saudara saya di Jogja. Di Purwokerto tidak ada yang menjual kalender unik ini. Di Jogja pun hanya di Mirota Batik. Kalender ini unik. Saya mulai kenal ketika pertama kali cek kesehatan Rini untuk kehamilan Bumi di klinik Bidan Tantri, Cilacap. Pertama kali melihat langsung jatuh hati. Saya putuskan 2013 mulai menggunakannya.

Selama 2013, saya hanya suka melihat gambar-gambar di kelendernya saja. Terus terang. Gambar wayang dengan suasana yang berbeda hampir memenuhi separuh halaman kalender.

Padahal, tulisan disamping kanan layout kalender itu tak kalah penting. Ada sistem penanggalan Jawa yang sangat detail menjelaskan waktu dari Hari, Pasaran, Minggu, Bulanan, Tahun, Windu, dan seterusnya. Menarik.

Di tahun 2014, saya kembali memakainya. Dan saya bahkan membelikan untuk markas besar komunitas saya, L22. Kekaguman saya bertambah. Kalender ini jadi bacaan unik untuk para pembaca pertamanya. Kukuh jadi semakin bersemangat membaca tanggalan. Mengepas-ngepaskan hari baik. Menghindari hari buruk.

Ah, jadi banyak gunanya ini kalender. Selain gambar wayangnya yang apik, tentunya.

Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

'Ilm

Untuk apa ilmu setinggi langit kalau saja tetap tidak bisa melihat Tuhan? Untuk apa biologi, fisika, matematika kalau saja belum bisa mengurai kehidupan? Untuk apa segala jenis pengetahuan kalau saja belum bisa menyelami dirimu sendiri?


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

Tepung Persahabatan

Seorang kawan saya datang dari Kota Pelajar Jogja. Ia sedang menjalankan usaha menjual emping melinjo dan tepung tapioka. Tapi levelnya ekspor. Datanglah dia bersama dua kawannya, seolah-olah ingin berkonsultasi pada saya. Ah, saya saja masih gagap. Tapi tentu takkan saya tolak semua niat baiknya. Saya jawab setahu saya.

Dia mengingatkan perjalanan persahabatan kita sejak kuliah. Dimulai dengan proyek organisasi dalam mengembangkan unit bisnis. Berjualan beras, berjualan jaket, berjualan kaos. Macam-macam sudah. Tapi selalu berujung gagal.

Ah ya, kami sama-sama sudah melangkah, meskipun sendiri-sendiri tapi hakikatnya sama tujuannya, pengabdian.

Bagi saya ini proses yang panjang, bisa jadi dahulu kita masih singkong, dan sekarang sedang menjadi tepung tapioka. Esok entah menjadi apa, bisa jadi kue basah atau es krim. Tapi bahan baku asalnya tetap sama.

Ini jangan sampai lupa.

Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

Tega Tidak Tega

Rini memutuskan sejenak tidak bekerja lagi di Sekolah Alam. Semata-mata karena anak. Iya, si Bumi. Meskipun demikian, hubungan kami dengan sekolah tetap baik. Beberapa kalo event kami masih dapat berpartisipasi.
Bagi Rini, pekerjaan ibu tidak bisa disambi, untuk sambilan. Total katanya. Ah, kalau saya sih bebas saja. Nanti ketemu sendiri formula terbaiknya, mau bekerja diluar atau tetap di rumah.

Dan memang benar. Rini tidak tega meninggalkan masa-masa Bumi sedang tumbuh dengan cepat. Hari ini bisa memegang nasi 1 butir, besok bisa-bisa sudah bertepuk tangan. Apa iya, kita mau anak kita besar, dan tahu-tahu sudah besar saja? Kita tak mengikuti prosesnya.

Ah, merugi. Tak ada kesempatan kedua.

Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

Akhirnya

Akhirnya saya tiba disuatu masa, dimana saya mencari asal usul keluarga saya. Leluhur saya. Saya bertanya ke om saya, dijelaskannya macam-macam. Kedekatan saya dengan om saya, terlebih karena metode dan cara pandang hidup yang hampir satu frekuensi. Dan inipun belum membuat saya puas.

Saya kembali ke rumah mbah lik saya, tanya detail asal usul keluarga. Dijelaskannya macam-macam. Satu hal yang membuat saya senang, saya menemukannya. Kakek nenek saya dahulu seorang apa dan apa.

Ah, memang sudah saatnya saya mengunjungi mereka satu persatu. Silaturahmi. Dan ini yang dilakukan om saya 12 tahun yang lalu. Mencari jati diri. Nedak sunggi, kata orang Jawa.

Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

Hanya Alasan

Sekedar alasan saya untuk tidak menulis blog selama ini adalah ketika menulis di laptop semua blank. Saya mengalami kemandegan bercerita. Meskipun selama ini saya tidak pernah berhenti berdiskusi dengan Rini, Rizky, Azis, Kusworo dan Mas Agus. Ini alasan yang terlalu dibuat-buat sebenarnya.

Saya kembali melihat produktivitas tulis teman baik saya, Rizky. Wuih. Salut tenan. Lihat lagi Cak Nun, diusianya yang muda dahulu dia menulis belasan buku. Satu hari bahkan hampir 3-4 essai ia tulis. Kalau ditanya sekarang, alasannya hanyalah untuk bertahan hidup.

Ah, ini seharusnya menjadi alasan yang tetap untuk saya agar tetap menulis. Dan saya mulai lagi menulis. Dimulai dari paragraft-paragraft pendek. Semoga istiqomah.

Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

Pasang-pasangan

Waktu teman baik saya menanyakan, kenapa akhirnya saya memilih Rini (istri saya) menjadi pasangan hidup saya, setelah menjalani petualangan yang panjang? Saya menjawab singkat. Dia antitesis saya. Dalam banyak hal.

Buku, selera musik, selera makanan, tempat piknik, cara pandang, pola asuh, masa kecil, hingga pola mandi tak ada yang sama. Cenderung membelakangi. Tapi seiring waktu, saya merubah cara pandang saya. Dalam teori antitesis, kecenderungan yang dipakai adalah saling melawan. Maka, perlahan saya ganti, pasangan hidup itu bukan sebagai antitesis, tetapi komplementer.

Lebih menarik dan bersinergi bagi saya. Iya, pasangan hidup itu adalah segala hal yang melengkapi kekurangan dan kelebihan kita. Jadilah sempurna!

Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

Samben

Beberapa orang menghabiskan waktunya untuk bekerja mencari uang. 90% waktunya bisa jadi. Beberapa kawan saya melakukan hal demikian. Entah hanya 'sedang' atau memang 'selalu' melakukan. Entah.

Saya membongkar pikiran nakal saya. Lha ya, apa iya, hidup hanya mencari uang? Kita kerja dari pagi sampai malam, hanya untuk uang. Perkara untuk keluarga ya emang iya, bentuk ikhtiar untuk rasa pekewuh menghidupi keluarga kita. Wong sejatinya rejeki sudah ada yang mengatur.

Kalau ditilik dalam khasanah Jawa, ada sebuah ungkapan menarik, 'kerjo iku mung samben'. Selama ini kita salah mengartikan, kita pontang panting bekerja, menghasilkan uang tapi lupa bahwa itu hanya sambilan. Ada tugas-tugas kita yang lain sebagai manusia yang belum kita kerjakan.

Ada pekerjaan kemanusiaan, pencarian, pengabdian, pengayoman, yang itu semua saya rasa jauh dari unsur mencari uang. Selalu musti kita tanyakan pada setiap aktivitas kita, ini 'kerjo', 'nyambut gawe', atau 'makaryo'?
Kita musti kaji ulang semuanya.

Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

Putus Leluhur

Pohon tidak akan kuat kalau tidak nyambung dengan akarnya. Sebesar apapun batangnya, serimbun apapun daunnya, sebanyak apapun buahnya, kalau akar tidak ada ya matilah itu tanaman.

Demikianpun hidup. Apa yang kita ibaratkan akar, itu adalah pendaran-pendaran diri kita di masa lalu, serpihan kecil berupa memori genetika berupa garis leluhur.

Kalau kita seolah berdiri sendiri, tidak merasa ada yang melandasi hidup kita ini, tidak ada wasilah atas hidup kita melalui tirakat leluhur, maka secara hakikat kita hidup dalam kematian.

Lalu seperti apa cara menyambungnya?
Sapa saja dengan mesra mereka yang sudah mendahului perjalanannya ke terminal berikutnya.


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx