Obsesi Terhadap Kebahagiaan

Menurut kamu, apa itu kebahagiaan?

Aku tak pernah lupa bertanya hal ini kepada teman-teman terdekatku. Sengaja. Aku ingin mencari definisi kebahagiaan versi teman-temanku.

Berbagai rangkaian kata mengalir, menjawab jelas pertanyaanku ini. Ada beberapa, tidak banyak, bahkan tidak bisa menjelaskan apa itu kebahagiaan. Sungguh aneh. Kita, manusia, bahkan belum mengerti apa yang kita cari. Belum mengerti sepenuhnya, apa itu bahagia, lalu apalagi dengan bagaimana untuk meraihnya?

Hm. Ini juga refleksi dari diriku juga. Selama ini mencari jalan kebahagiaan dengan berbagai macam cara. Untung saja memang tidak terjerumus kepada hal-hal negatif.

Lalu, yang kutemukan titik simpulnya adalah, kebahagiaan itu berbeda jauh dengan kesenangan, kepuasan, ataupun kegembiraan. Lain sekali ternyata!

Aku banyak berdiskusi dengan guru kehidupanku, mas Arif Erha, tentang kebahagiaan. Dengan simpel dia mengatakan, bahwa kebahagiaan itu adalah lepas dari keinginan, karena keinginan itu adalah sumber dari penderitaan. Sesaat itu aku jadi ingat lagu bang Iwan Fals, Seperti Matahari.

Ya, mungkin mas Arif benar. Dan selama ini aku memang selalu membenarkan perkataannya. Keinginan itu sendiri adalah candu. Selalu mencari rasa puas. Namun tak pernah bisa puas. Dan bukan bahagia namanya, orang yang bisa memenuhi keinginannya, tapi itu adalah apa yang disebut dengan sukses. Bahagia itu melepas keinginan. Dan sukses adalah mendapatkan keinginan.

Mas Arif kemudian bercerita banyak, tentang hidupnya saat-saat ini yang banyak hal terjadi secara irrasional. Keajaiban. Anugerah. Rahmat. Atau apapun namanya. yang jelas itu dari Dia. Justru hal-hal seperti ini yang sudah lama ia inginkan, namun sudah ikhlas, dilepaskannya jauh-jauh hari.

Menginginkan sesuatu bisa jadi itu sebuah obsesi. Dan obsesi adalah penderitaan terbesar umat manusia. Karena itu sudah menyangkut mental, dan cara berpikir. Menuliskan impian itu baik, tapi selalu berpikir bahwa ini harus tercapai adalah sebuah kelelahan yang luar biasa. Quantum Ikhlas menjelaskan bahwa ketika kita menginginkan sesuatu, justru yang harus kita lakukan adalah ikhlas. Dan membiarkan Allah memberikannya kepada kita. Kalupun tidak diberikan Dia, berarti bisa jadi di pending, atau digantikan dengan hal lain. Bukankah hanya Dia yang tahu apa yang kita butuhkan?

Aku bisa menarik simpulan dari obrolanku dengan mas Arif. Kebahagiaan itu melepaskan keinginan, obsesi. Seperti Cak Nun, yang dia sendiri sudah tidak punya obsesi terhadap dunia ini. Baik jabatan, kekayaan, popularitas, atau mungkin yang lainnya. Tapi hidupnya penuh berkah, bahagia dan manfaat.

Dari seimpulan ini, aku masih juga belum puas akan maknawi kebahagiaan. Harus kucari selalu. Tapi, jangan sampai, ini menjadi obsesi terhadap kebahagiaan? Bukankah itu sama saja derita?


14 Maret 2011
15:27
Neon - John Mayer
Suasana mendung, bikin ngantuk.

5 kata-kata:

heidyana pratiwi mengatakan...

aq pun membenarkan kata mas mu itu hil,..mas arief salut deyy,..kata2nya itu lhooo,..bisa jd sumber energi positif :D

Unknown mengatakan...

mas,.
mnrt ane "kebahagian" thu adalah jika kita sudah bisa membahagiakan smua anggota keluarga kita baru kita bisa merasakan "kebahagian"..
thu mnrt ane mas,.

klu mas "kebahagian" thu pa mas?
:)

Yuanita Handoko mengatakan...

kebahagiaan adalah anugrah..
pemberianNya..
Tapi kitanya sendiri juga harus mengusahakannya..
Berusaha tetap berbahagia dalam kondisi apapun..
Caranya mungkin dg slalu bersyukur

Hilmy Nugraha mengatakan...

@dy, mas arif itu guru kehidupan saya, ilmunya luas, kebijaksanaannya dalam.
@hafis, menurutku, kebahagiaan itu bersyukur, ikhlas, berbagai dan melepas keinginan.

Hilmy Nugraha mengatakan...

@nita, bersyukur, itu pintunya.