Punyalah Ember Dulu!


Setiap manusia pasti memiliki mimpi. Itu lumrah. Ada yang menuliskannya di buku mimpi. Ada yang mencoba mengungkapkannya di proposal hidup. Atau mungkin ada yang menulis asal-asalan di poster mimpi. Itu semua cara, boleh-boleh saja seperti apa caranya.

Setelah menuliskannya, jika kita percaya Tuhan, maka hal wajib sebagai seseorang yang beriman selanjutnya adalah berdoa. Karena memang ada dari sekian orang yang percaya, bahwa mimpinya bisa terwujud dengan usaha keras sendiri, tanpa bantuan Tuhan. Bukankah ini hebat? Tapi justru meniadakan Tuhan itu adalah salah satu tindakan tanpa iman. Berbahaya. Oleh karena itu, yang diperlukan disini adalah berdoa. Yang berarti kita percaya dengan benar, hal-hal yang kita impikan diatur oleh Sang Kuasa, Tuhan. Semua kehendaknya melebihi dari kehendak kita.

Doa-doa kita gelontorkan ke angkasa. Harapan-harapan kita hamburkan ke langit impian. Semoga Tuhan menangkap itu semua dan mengubahnya menjadi nyata.

Hanya saja memang kita yang selalu saja kurang. Tidak mengukur diri. Menginginkan hal-hal yang besar terjadi, tapi apa daya kemampuan diri kita masih minim. Kualitas diri kita masih buruk. Kapabilitas diri masih terpuruk. Kita menginginkan jadi orang kaya, tapi kualitas hati, kemampuan menghindarkan diri dari rasa sombong, riya, ujub masih nol besar. Kita menginginkan jadi orang hebat, tapi rasa berbangga diri masih bersemayam di dalam hati. Kita menginginkan lekas didekatkan jodohnya, namun rasa iri, dengki, dan segala jenis penyakit hati masih meracuni dalam-dalam di tubuh kita. Kita menginginkan diri kita sukses cepat waktu, namun mengurus diri sendiri masih kerepotan.

Sontak saja Tuhan belum bisa mengabulkannya. Kita menginginkan air sebanyak 1 ember, tapi kita baru memiliki gelas.

Berkacalah, bisa jadi segala keinginan kita saat ini sedemikian besar, belum didukung dengan kualitas diri yang mumpuni. Tuhan Maha Adil, sungguh. Dia akan memberikan segala sesuatu yang manusia memang benar-benar bisa mengembannya. Dia akan memberikan segala sesuatu tepat pada waktu dan sasarannya.

Kecuali jika kita memang memaksa Tuhan untuk memberikan apa yang kita inginkan, walau sebenarnya kita tidak mampu menguasainya, sehingga Tuhan dengan begitu saja menyerahkan semuanya dengan marah. Semua terkabul, namun Tuhan marah. Maukah?

30 Maret 2011
12:45
Kuta Bali - Andre Hehanusa
tulisan ini mengingatkan untuk diriku sendiri, sungguh, aku dzalim.

4 kata-kata:

Ajeng Sari Rahayu mengatakan...

nggak mau, jawabku.

renungan ini, untuk saya khusunya. ternyata Tuhan belum mengabulkan satu do'a ku yang itu karena memang diri ini belum pntas mndapatkannya.

Hilmy Nugraha mengatakan...

@ajeng, mari memiliki ember.

Yuanita Handoko mengatakan...

ga mau dunk..

kalo mencapai mimpi pake kekuatan kita sendiri pastinya akan kerasa berat banget, apalagi kalau ternyata tidak kesampean, yang ada jadinya rasa kecewa dan putus asa..

karena itu enakan taruh Tuhan ditengah2 mimpi kita, biar dia yang ngebukain jalannya. Tanpa diduga kita akan ngalamin kemudahan dariNya..

By the way, udah beli embernya blum?hehe..

Hilmy Nugraha mengatakan...

@nita, nice theory...