pernahkah



“Pernahkah ketika kau mulai merasa bisa menulis puisi, kau begitu bersemangat. Seolah batinmu mengembang sesak penuh oleh ide dan kata untuk puisimu. Kemudian tiba-tiba kau menulis teramat lancar, deras, dan bertubi-tubi. Tanpa sadar hari itu kau menulis lebih banyak puisi dari yang ditulis oleh penyair kesohor pada hari itu juga? Semua tampak mudah. Semua tampak gembira.”

“Pernahkah pula kau rasakan setelah itu, balon ide dan kantung katamu mengempis. Puisimu pun menetes satu satu. Itu bukan karena kau merasa lelah. Bukan pula kau merasa enggan. Hanya kempis begitu saja.”

“Pernahkah kau coba membaca lagi ke dua kumpulan puisimu tadi; yaitu yang mengalir deras tanpa lelah, dan yang menetes satu satu. Mana yang memikatmu kini? Yang penuh keceriaan kanak-kanak? Atau, yang berdehem kebapakan? Tentu saja, tidak arti apa pun di balik semua pertanyaan ini. Terkadang kita penuh keingintahuan.”

-- sdd

0 kata-kata: