Dalam kesenyapan yang meresap ke ruang jiwa, Kamso merenung dalam bait-bait luapan kata:
"Di antara bisikan daun dan desau angin, aku menapak, menelusuri jejak waktu yang terhampar. Langkahku, meski terkadang terhuyung oleh badai kehidupan, tetap kukuh memijak bumi, mencari arah yang terang benderang oleh cahaya kebenaran.
Oh, betapa seringnya hati ini teraduk oleh gelombang keraguan, namun di setiap hembusan nafas, aku menanamkan benih optimisme. Aku percaya, atas setiap tetes keringat dan air mata yang jatuh ke pangkuan bumi, akan tumbuh pohon-pohon harapan yang berbuah manis.
Apakah aku harus terperosok dalam lembah keputusasaan? Tidak, jiwa ini terlalu gagah untuk berlumur pesimisme. Aku yakin, atas segala kebaikan yang telah kupersembahkan, akan ada balasan yang setimpal dari Sang Pemilik Semesta.
Aku tahu, perjalanan ini bukan sekadar mengejar akhir yang bahagia, melainkan tentang bagaimana aku bertahan dan berkembang di setiap liku. Setiap rintangan adalah guru, setiap kegagalan adalah pembuka jalan menuju keberhasilan yang baru.
Maka, dengan semangat yang tak pernah padam, aku akan terus melangkah, terus berusaha, terus berdoa. Aku akan membangun optimisme dalam diriku sendiri, karena dengan pikiran yang positif, aku dapat melihat pelangi di balik setiap badai.
Ya Tuhan, aku percaya Engkau selalu bersamaku, menggenggam tanganku, dan menguatkan langkahku. Dengan keyakinan ini, aku akan terus berjalan, menuju arah yang Kau tunjukkan, menuju takdir yang Kau ukir untukku."
Dialog Imajiner #4
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 kata-kata:
Posting Komentar