Pertanian Alami ala Masanobu Fukuoka


Gaya hidup tradisional di Jepang memiliki keunikan tersendiri, terutama dalam hal pertanian. Salah satu tokoh yang mengamati dan mempelajari metode pertanian ini adalah Masanobu Fukuoka. Dia bukan hanya seorang pengamat, tetapi juga seorang praktisi yang menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.

Fukuoka menemukan bahwa ada kesamaan antara metode pertanian tradisional di Jepang dan pendekatan pertanian alami yang ia kembangkan. Kedua metode ini menekankan pada harmoni dengan alam dan siklus alamiah yang ada. Ini bukan tentang mengendalikan alam, tetapi lebih kepada bagaimana kita bisa bekerja sama dan beradaptasi dengan alam.

Pertanian alami yang dikembangkan oleh Fukuoka berakar pada pengamatan dan pengalaman langsungnya dengan metode pertanian tradisional. Dia melihat bagaimana petani di Jepang bekerja sama dengan alam, bukan melawannya. Mereka membiarkan tanaman tumbuh sesuai dengan ritme alamiahnya, tanpa intervensi berlebihan.

Pendekatan ini, menurut Fukuoka, menghasilkan hasil yang lebih baik dan lebih sehat. Tanaman yang tumbuh dengan cara ini lebih kuat dan lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Selain itu, metode ini juga lebih ramah lingkungan karena tidak menggunakan pestisida atau pupuk kimia yang bisa merusak ekosistem.

Secara keseluruhan, gaya hidup tradisional dan pertanian alami yang dikembangkan oleh Fukuoka menawarkan alternatif bagi pertanian modern yang sering kali berdampak negatif terhadap lingkungan. Melalui pendekatannya, Fukuoka mengajarkan kita bahwa solusi untuk tantangan pertanian masa kini mungkin sudah ada di sekitar kita, dalam bentuk pengetahuan tradisional yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Kecil itu Indah

 Ekonomi bukan hanya tentang angka dan grafik pertumbuhan; ia adalah cerita tentang manusia dan komunitasnya. Di tengah hiruk-pikuk pasar global, kita sering lupa bahwa di balik setiap transaksi terdapat wajah-wajah, mimpi, dan harapan. E. F. Schumacher dalam "Small is Beautiful" mengingatkan kita bahwa ekonomi harus kembali ke akarnya: melayani manusia, bukan sebaliknya.

Dalam dunia yang terobsesi dengan skala besar dan efisiensi, Schumacher menawarkan visi alternatif: sebuah ekonomi yang menghargai kecil, lokal, dan pribadi. Dia berargumen bahwa perusahaan-perusahaan kecil, dengan keterikatan mereka pada komunitas lokal, lebih mampu memenuhi kebutuhan nyata manusia daripada raksasa korporat yang sering kali terlepas dari realitas kehidupan sehari-hari.

Ketika kita membangun ekonomi yang berpusat pada manusia, kita tidak hanya menciptakan lapangan kerja atau produk; kita juga memelihara hubungan, memperkuat jaringan sosial, dan menghormati lingkungan. Ini adalah tentang menciptakan dunia di mana setiap individu dihargai, di mana setiap pekerjaan memiliki makna, dan di mana setiap produk dibuat dengan pertimbangan terhadap kesejahteraan bersama.

"Small is Beautiful" adalah seruan untuk berpikir ulang tentang apa yang kita nilai dalam ekonomi. Ini adalah undangan untuk memilih jalan yang lebih berkelanjutan, adil, dan manusiawi. Dalam setiap keputusan ekonomi yang kita buat, mari kita ingat bahwa yang kecil itu indah, dan sering kali, lebih berarti.

Dialog Imajiner #4

 Dalam kesenyapan yang meresap ke ruang jiwa, Kamso merenung dalam bait-bait luapan kata:
"Di antara bisikan daun dan desau angin, aku menapak, menelusuri jejak waktu yang terhampar. Langkahku, meski terkadang terhuyung oleh badai kehidupan, tetap kukuh memijak bumi, mencari arah yang terang benderang oleh cahaya kebenaran.
Oh, betapa seringnya hati ini teraduk oleh gelombang keraguan, namun di setiap hembusan nafas, aku menanamkan benih optimisme. Aku percaya, atas setiap tetes keringat dan air mata yang jatuh ke pangkuan bumi, akan tumbuh pohon-pohon harapan yang berbuah manis.
Apakah aku harus terperosok dalam lembah keputusasaan? Tidak, jiwa ini terlalu gagah untuk berlumur pesimisme. Aku yakin, atas segala kebaikan yang telah kupersembahkan, akan ada balasan yang setimpal dari Sang Pemilik Semesta.
Aku tahu, perjalanan ini bukan sekadar mengejar akhir yang bahagia, melainkan tentang bagaimana aku bertahan dan berkembang di setiap liku. Setiap rintangan adalah guru, setiap kegagalan adalah pembuka jalan menuju keberhasilan yang baru.
Maka, dengan semangat yang tak pernah padam, aku akan terus melangkah, terus berusaha, terus berdoa. Aku akan membangun optimisme dalam diriku sendiri, karena dengan pikiran yang positif, aku dapat melihat pelangi di balik setiap badai.
Ya Tuhan, aku percaya Engkau selalu bersamaku, menggenggam tanganku, dan menguatkan langkahku. Dengan keyakinan ini, aku akan terus berjalan, menuju arah yang Kau tunjukkan, menuju takdir yang Kau ukir untukku."

Dialog Imajiner #3

 Kamso, dengan tatapan yang penuh harapan, berbicara, “Mon, aku percaya bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan, tidak peduli seberapa kecil, akan berbuah manis. Tuhan melihat segalanya dan Dia yang akan membalas kebaikan kita.”

Darman, dengan raut wajah yang ragu, menjawab, “Kamso, aku ingin percaya seperti itu. Tapi, aku selalu merasa ragu. Bagiku, keadilan yang sejati itu ada di hari pembalasan. Di dunia ini, terlalu banyak ketidakadilan yang tidak terbalaskan.”

Kamso mengangguk, memahami keraguan Darman. “Aku tahu dunia ini tidak sempurna, Mon. Tapi, aku memilih untuk tetap berharap dan berbuat baik. Aku percaya bahwa Tuhan tidak akan menyia-nyiakan usaha kita.”

Darman menatap ke jauh, seolah mencari jawaban. “Mungkin kamu benar, Kamso. Mungkin aku harus mulai melihat dunia dengan kacamata yang berbeda. Mungkin aku harus mulai percaya bahwa kebaikan yang kita lakukan hari ini, bisa membawa perubahan untuk esok.”

Kamso tersenyum, “Itulah semangatnya, Mon. Mari kita terus berbuat baik dan percaya bahwa Tuhan akan membalasnya, di dunia ini atau di akhirat nanti.”

Dialog Imajiner #2

Kamso menatap Darman dengan rasa frustrasi yang terpendam. “Mon, kita harus melakukan sesuatu. Kita tidak bisa hanya berdiam diri dan berharap perubahan akan datang dengan sendirinya.”

Darman menggaruk kepalanya, tampak bimbang. “Aku tidak tahu, Kamso. Aku selalu merasa bahwa tidak peduli seberapa keras aku mencoba, itu tidak akan cukup. Apa gunanya berusaha jika pada akhirnya kita hanya akan gagal?”

Kamso mendekati Darman, mencoba memberikan semangat. “Tidak, Mon. Kita tidak boleh berpikir seperti itu. Kita harus percaya bahwa setiap usaha yang kita lakukan akan membawa perubahan, meskipun itu kecil.”

Darman menundukkan kepalanya, suaranya lemah. “Mungkin kamu benar, Kamso. Tapi, aku… aku takut. Aku takut akan kegagalan, takut usahaku sia-sia. Bagaimana jika semua ini tidak berarti apa-apa?”

Kamso mengambil napas dalam-dalam, berusaha menenangkan Darman. “Kita tidak akan tahu hasilnya jika tidak mencoba, Mon. Kegagalan adalah bagian dari proses. Yang penting adalah kita terus bergerak maju dan belajar dari setiap kesalahan.”

Darman menghela napas, rasa pesimismenya masih terasa. “Aku akan mencoba, Kamso. Aku akan mencoba untuk tidak terlalu pesimis. Tapi, sulit untuk tetap optimis ketika segalanya tampak begitu suram.”

Kamso memberikan senyum penuh pengertian. “Langkah pertama adalah yang terberat, Mon. Tapi setelah itu, setiap langkah selanjutnya akan menjadi lebih mudah. Mari kita lakukan ini bersama.”

Dengan ragu, Darman mengangguk. “Baiklah, Kamso. Aku akan mencoba. Untuk perubahan nasib… untuk esensi bekerja keras.”

Dialog Imajiner #1

 Kamso menghela napas, mencoba menenangkan diri dari rasa jengkel yang mulai memuncak. “Mon, kita tidak bisa terus-menerus berdebat tentang hal-hal yang tidak membawa kita ke mana-mana. Kita harus fokus pada apa yang bisa kita lakukan untuk membuat perubahan yang positif.”

Darman mengangguk, tersenyum lebar. “Kamu benar, Kamso. Kita harus menjadi contoh, bukan hanya pembicara yang baik.”

“Kita harus menjadi pembawa damai, bukan pembuat kekacauan,” lanjut Kamso. “Kita harus menginspirasi orang lain untuk mencari pengetahuan, bukan memperdebatkan kesalahan.”

Darman tertawa ringan. “Kamu selalu punya cara untuk membuat segalanya terdengar begitu sederhana, Kamso. Tapi, aku setuju denganmu.”

Mereka berdua kemudian berdiri, menghadap ke arah matahari terbit, dan berjanji untuk menjadi agen perubahan yang akan membawa cahaya ke dalam kegelapan, untuk menyatukan kembali apa yang telah terpecah, dan untuk membangun jembatan pengertian di antara manusia.

Anak Belajar Kreatif

 

Mengajarkan kreativitas pada anak adalah investasi berharga untuk masa depan mereka. Berikut adalah beberapa cara yang dapat membantu Anda mengembangkan kreativitas anak sejak dini:

  •     Ajak Anak Bermain: Bermain adalah sarana utama bagi anak untuk mengembangkan kreativitas. Ajak mereka bermain dengan mainan, bahan-bahan alami, atau bahkan membuat permainan sendiri.
  •     Ijinkan Anak Berimajinasi: Biarkan anak berimajinasi tanpa batasan. Dukung mereka untuk bercerita, membuat sketsa, atau memvisualisasikan dunia imajiner mereka.
  •     Ajukan Pertanyaan yang Kreatif: Tanyakan pertanyaan yang memicu pemikiran kreatif. Contohnya, “Bagaimana menurutmu bintang-bintang berbicara satu sama lain?” atau “Jika kamu bisa terbang, ke mana kamu akan pergi?”
  •     Hindari Kata-Kata yang Salah: Jangan mengkritik atau menghakimi ide-ide kreatif anak. Biarkan mereka bereksperimen tanpa takut salah.
  •     Perhatikan Minat dan Bakat Anak: Kenali minat dan bakat anak. Apakah mereka suka menggambar, bercerita, atau memecahkan teka-teki? Berikan dukungan dan fasilitas yang sesuai.
  •     Biarkan Anak Mengeksplorasi: Berikan kesempatan kepada anak untuk mengeksplorasi berbagai aktivitas. Dari menggambar hingga memasak, biarkan mereka mencoba hal-hal baru.
  •     Jangan Pernah Memaksa Anak: Kreativitas tidak bisa dipaksakan. Biarkan anak menemukan jalannya sendiri. Jika mereka tidak tertarik pada suatu hal, jangan memaksa.

Ingatlah bahwa setiap anak unik, dan pendekatan yang paling efektif mungkin berbeda untuk setiap individu. Dengan memberikan dukungan dan ruang bagi kreativitas mereka, Anda membantu anak-anak menghadapi masa depan dengan lebih percaya diri dan inovatif!

kreativitas dalam menghadapi tantangan zaman


Zaman global yang terus berkembang menuntut kita untuk beradaptasi dengan cepat. Bagi orang tua yang memiliki anak usia dini, mengajarkan kreativitas sejak dini adalah langkah yang sangat penting. Mengapa? Mari kita jelajahi lebih lanjut.

Kreativitas bukan hanya tentang melukis atau membuat kerajinan tangan. Ini adalah fondasi bagi kemampuan berpikir kritis. Anak-anak yang diajarkan untuk berpikir kreatif akan lebih mampu memecahkan masalah, menghadapi tantangan, dan menemukan solusi inovatif di dunia yang terus berubah.

Zaman global membawa peluang yang tak terbatas. Dengan kreativitas, anak-anak dapat menggali potensi mereka dan menemukan bidang yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Apakah itu seni, teknologi, atau ilmu pengetahuan, kreativitas membuka pintu menuju masa depan yang cerah.

Dalam dunia yang berubah dengan cepat, adaptasi adalah kunci. Anak-anak yang kreatif akan lebih mudah beradaptasi dengan perubahan dan menghadapi tantangan baru. Mereka tidak hanya mengikuti tren, tetapi juga menciptakan tren baru.

Ketika anak-anak berhasil menghasilkan sesuatu yang kreatif, mereka merasa bangga dan percaya diri. Kreativitas memperkuat rasa percaya diri mereka, memungkinkan mereka untuk menghadapi dunia dengan lebih berani.

Kreativitas bukan hanya pelajaran sekali pakai. Ini adalah keterampilan seumur hidup yang akan membantu anak-anak menghadapi tantangan di setiap fase kehidupan mereka. Oleh karena itu, mari kita dorong kreativitas sejak dini dan berikan anak-anak kita bekal untuk menghadapi masa depan yang penuh potensi!

Menyelami Kembali Perjalanan Lalu

Ya, saya dejavu. Rasa-rasanya pernah merasakan hal ini. Sebuah perjalanan siang yang panjang, menuju ke timur. Perjalanan ini bersama kawan-kawan. Berdiskusi, bercanda saling lempar retorika. Terkadang perbincangan tema serius, tpai banyak santainya. Berkendara bersama.

Sesampainya di tempat. Saya masih ingat suasana itu. Berkumpul dengan kawan berbagai kota, menikmati sajian khas kota Yogya. Silaturahmi, bahagia menjadi bagian, menikmati perjumpaan, berharap pulang membawa ilmu serta keberkahan hidup. Syukur-syukur bonus dapat bersalaman dengan Simbah Guru.

Ah, rasanya sama saja. Ketika kondisi lelah dan malas, mencari sebuah pojok di ruangan. Merebahkan badan, menutup mata. Meneraturkan nafas dan melelapkan jiwa. Sejenak, hingga yang utama muncul. Atau bahkan sering juga, perjalanan panjang itu, hanya dinikmati ketika mampu rebah di ujung ruangan, terlelap. Dasarnya, yang penting hadir, mendapat berkah.

Ya, rasanya sama. Untaian-untaian hikmah, derasan ilmu yang mengucur, kita nikmati. Guyonan menertawakan nasib dan juga bangsa. Candaan atas penderitaan hidup kondisi rusak kehidupan. Kita telan pelan-pelan, tapi sebelumnya dikunyah dulu.

Ah, rasa itu masih sama. Sama rindunya saya, kepada Simbah Guru, yang sudah beberapa waktu, beristirahat di kediamannya. Menikmati sepi, membersamai sunyi.

bersama Sabrang

 

 
Untuk menemukan keistiqomahan, temukanlah kenikmatan dalam melakukan perubahan.

Kepentingan Loose Part dalam Pembelajaran Anak Usia Dini

Dalam dunia yang terus bergerak maju, anak-anak kita memerlukan alat yang dapat membantu mereka tidak hanya mengikuti, tetapi juga memimpin. Loose part adalah alat tersebut. Dengan menggunakan benda-benda sederhana seperti batu, ranting, dan kain bekas, anak-anak dapat membangun dunia mereka sendiri, belajar tentang hubungan sebab akibat, dan mengembangkan pemikiran logis.

Mengapa Loose Part Begitu Esensial?

Loose part memungkinkan anak untuk berinteraksi dengan dunia fisik mereka dan memahami prinsip-prinsip dasar seperti gravitasi, keseimbangan, dan geometri. Mereka belajar melalui sentuhan, manipulasi, dan eksperimen. Setiap interaksi adalah pelajaran tentang fisika, setiap susunan adalah pelajaran tentang geometri, dan setiap kombinasi adalah pelajaran tentang seni.

Membangun Kreativitas dan Inovasi

Dengan loose part, tidak ada dua hasil yang sama. Anak-anak diajak untuk menjadi penemu, menciptakan konstruksi, karya seni, dan cerita yang unik. Mereka belajar bahwa dengan imajinasi, benda-benda biasa dapat diubah menjadi sesuatu yang luar biasa. Ini adalah latihan awal dalam berpikir kreatif dan inovatif—keterampilan yang akan mereka perlukan di masa depan.

Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Loose part menantang anak untuk menemukan solusi sendiri. Ketika mereka menghadapi masalah seperti bagaimana membuat struktur mereka tetap berdiri atau bagaimana menyusun benda-benda agar serasi, mereka belajar melalui trial and error. Proses ini mengasah kemampuan mereka untuk berpikir kritis dan menyelesaikan masalah.

Fleksibilitas dan Adaptasi

Dalam dunia yang penuh dengan perubahan, kemampuan untuk beradaptasi adalah kunci. Loose part mengajarkan anak-anak bahwa benda-benda dapat memiliki banyak fungsi dan bahwa ide-ide dapat berubah. Ini membantu mereka untuk menjadi lebih fleksibel dan adaptif, siap untuk menghadapi perubahan yang tidak terduga.

Kesimpulan

Pembelajaran melalui loose part bukan hanya tentang bermain. Ini adalah tentang mempersiapkan anak-anak kita untuk masa depan yang tidak kita ketahui. Dengan memberikan mereka alat untuk berpikir secara kreatif dan inovatif, kita membantu mereka untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang di dunia yang akan mereka warisi.


Semoga penjelasan yang diperluas ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya loose part dalam pengembangan anak usia dini. Ini adalah metode yang ringan dalam pelaksanaannya namun berbobot dalam hasil yang ditawarkan untuk masa depan anak-anak kita.

Pendidikan yang Berkemajuan: Refleksi atas Pemikiran KH Ahmad Dahlan

Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam membangun peradaban. KH Ahmad Dahlan, sebagai salah satu tokoh pembaharu di Indonesia, memiliki pandangan yang progresif tentang pendidikan. Beliau menganggap pendidikan sebagai sarana untuk memajukan umat dan bangsa, terutama dalam konteks keagamaan dan sosial.

Dalam pandangan KH Ahmad Dahlan, pendidikan tidak hanya sekedar transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter dan akhlak yang baik. Beliau menekankan pentingnya pendidikan yang tidak hanya fokus pada aspek spiritual, tetapi juga intelektual dan sosial12. Pendidikan harus mampu membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kepekaan sosial dan kemampuan untuk berkontribusi pada masyarakat.

Salah satu terobosan yang diperkenalkan oleh KH Ahmad Dahlan adalah konsep pendidikan yang mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum. Beliau percaya bahwa kedua aspek ini tidak dapat dipisahkan dan harus diajarkan secara bersamaan untuk menciptakan individu yang seimbang3. Ini merupakan langkah revolusioner pada masanya, di mana pendidikan agama dan umum seringkali dianggap sebagai dua dunia yang terpisah.

KH Ahmad Dahlan juga memperkenalkan ide tentang pendidikan sepanjang hayat, yang menunjukkan bahwa proses belajar tidak berhenti di bangku sekolah atau universitas, tetapi terus berlangsung sepanjang kehidupan seseorang3. Ini adalah konsep yang sangat relevan di era modern, di mana perubahan terjadi begitu cepat dan pembelajaran berkelanjutan menjadi kebutuhan.

Dalam esensi, pandangan KH Ahmad Dahlan tentang pendidikan adalah tentang keseimbangan antara ilmu agama dan ilmu umum, pembentukan karakter, serta pembelajaran yang tidak pernah berakhir. Pemikiran beliau tetap relevan dan menjadi inspirasi bagi sistem pendidikan di Indonesia hingga saat ini.

Melalui tulisan ini, kita diajak untuk merenungkan kembali pentingnya pendidikan yang berkemajuan, yang tidak hanya menghasilkan individu yang cerdas, tetapi juga berakhlak mulia dan berguna bagi masyarakat. Semoga semangat dan pemikiran KH Ahmad Dahlan terus menerangi jalan pendidikan di Indonesia.


Referensi: 1: Good News From Indonesia. “KH Ahmad Dahlan, Pembaharu Pemikiran dan Pendidikan Islam di Indonesia.” 2: IPM. “Pendidikan Berkemajuan Warisan KH. Ahmad Dahlan.” 3: Neliti. “Pemikiran Pendidikan K.H. Ahmad Dahlan dan Relevansinya dengan Pendidikan Modern.”

Kritik Utama Ahmad Dahlan Terhadap Cara Hidup Manusia di Indonesia

Di tengah gemuruh zaman, Ahmad Dahlan berdiri sebagai sosok yang kritis terhadap cara hidup masyarakat Indonesia. Dengan pandangan tajam dan hati yang peduli, ia melihat bagaimana kehidupan sehari-hari yang dilalui banyak orang terasa seperti air mengalir tanpa arah yang jelas.

"Kita ini ibarat daun yang mengikuti arus," ujar Dahlan suatu ketika, "mengalir begitu saja tanpa tahu hendak dibawa kemana."

Dahlan tidak hanya sekadar mengkritik, tetapi juga memberikan solusi. Ia menekankan pentingnya pendidikan sebagai fondasi untuk membangun karakter dan kehidupan yang lebih bermakna. Baginya, pendidikan bukan hanya soal membaca dan menulis, tetapi juga tentang memahami nilai-nilai kehidupan yang sesungguhnya.

"Tanpa pendidikan yang memadai, kita akan terus terjebak dalam lingkaran yang sama," tuturnya, "berputar-putar tanpa kemajuan."

Kritiknya yang paling tajam adalah terhadap sikap pasrah yang seringkali mendarah daging dalam masyarakat. Dahlan mengajak untuk berpikir kritis, tidak mudah menerima segala sesuatu begitu saja tanpa pertanyaan. Ia mendorong agar setiap orang menjadi pemikir yang mandiri, yang tidak hanya mengandalkan pengetahuan turun-temurun, tetapi juga berani mengeksplorasi dan menemukan kebenaran sendiri.

Namun, ada satu hal yang sangat mengganggu Dahlan, yaitu kepercayaan masyarakat terhadap takhayul, khurafat, dan bid'ah. Ia melihat bagaimana praktik-praktik ini sering kali menghalangi kemajuan dan mengikat masyarakat dalam belenggu ketakutan yang tidak berdasar.

"Kita harus melepaskan diri dari belenggu-belenggu yang tidak rasional ini," serunya, "agar kita dapat bergerak bebas menuju masa depan yang lebih cerah."

Dalam setiap langkah dan kata-katanya, Ahmad Dahlan selalu mengingatkan bahwa hidup ini adalah perjalanan untuk terus belajar dan berkembang. Kritiknya bukanlah untuk menjatuhkan, melainkan untuk membangkitkan semangat baru dalam diri setiap orang, agar tidak hanya menjadi penonton dalam panggung besar kehidupan.

Dengan gaya bahasa yang santai namun penuh makna, Ahmad Dahlan telah menanamkan benih-benih perubahan yang kelak akan tumbuh menjadi pohon besar, memberikan keteduhan dan kekuatan bagi generasi mendatang untuk terus bergerak maju.

Kegelisahan Ahmad Dahlan


Di tengah hiruk-pikuk kota Mataram yang sibuk, di sebuah sudut kampung Kauman, hiduplah seorang pemuda bernama Ahmad Dahlan. Ia adalah anak dari seorang penghulu yang terpandang, namun hatinya tidak pernah tenang melihat keadaan bangsanya yang tertinggal dalam pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Suatu hari, ketika adzan subuh berkumandang, Ahmad Dahlan terdiam di atas sajadahnya. Pikirannya melayang ke masa kecilnya, bermain di bawah rindangnya pohon beringin, mendengarkan cerita para pedagang dan ulama yang datang dari tanah Arab. Mereka bercerita tentang pentingnya ilmu dan pendidikan, tentang bagaimana Rasulullah SAW mengutamakan pengetahuan di atas segalanya.

“Kenapa kita tidak bisa seperti mereka?” gumam Ahmad Dahlan dalam hati. “Kenapa kita hanya puas dengan apa yang kita warisi dari nenek moyang kita tanpa berusaha menambah ilmu pengetahuan?”

Dengan semangat yang membara, Ahmad Dahlan mulai merintis perjalanan barunya. Ia tidak hanya ingin menjadi seorang penghulu seperti ayahnya, tetapi juga ingin menjadi pelita bagi bangsanya. Ia mulai mengajak teman-temannya untuk belajar, tidak hanya mengaji, tetapi juga mempelajari ilmu dunia seperti matematika, geografi, dan bahasa asing.

Tidak mudah bagi Ahmad Dahlan untuk meyakinkan orang-orang di sekitarnya. Banyak yang menentang, menganggapnya sebagai pemuda yang terlalu berani dan melawan tradisi. Namun, Ahmad Dahlan tidak pernah menyerah. Ia percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membebaskan bangsa dari belenggu penjajahan.

Dari kegelisahan itulah, lahir sebuah gerakan yang kelak menjadi cikal bakal Muhammadiyah, sebuah organisasi yang berdedikasi untuk memajukan pendidikan dan kesejahteraan umat. Ahmad Dahlan, dengan segala kegelisahannya, telah menyalakan obor yang menerangi jalan bagi banyak generasi setelahnya.

Ahmad Dahlan mungkin tidak pernah tahu betapa besar dampak yang ia ciptakan, tetapi kita, yang hidup di zaman yang berbeda, dapat melihat buah dari kegelisahannya. Kita dapat belajar dari semangatnya yang tak pernah padam, untuk terus berusaha, belajar, dan berinovasi demi masa depan yang lebih cerah.


Korea - Bambang Pacul

 Istilah 'korea-korea' sangat populer di masyarakat Jawa. Konon, katanya istilah ini terkait dengan pasukan Jepang yang berasal dari Korea. Perawakan mereka tidak segagah tentara elit Jepang, namun militansinya sangat tinggi. Seperti yang kita ketahui, Korea juga bangsa jajahan Jepang ketika itu.

Namun secara kultural di Jawa, istilah 'korea' berkembang yang kemudian mengacu pada orang-orang yang berasal dari kelas menengah dan agak bawah, yang mana kehendak subjektifnya sangat luar biasa untuk melenting ke atas. Mereka adalah orang-orang yang punya kejuangan luar biasa untuk keluar dari belenggu kemiskinan.

Kenapa saya menggunakan istilah melenting? Sebab, para 'korea' keluar dari jurang kemiskinan dengan lompatan yang eksponensial. Orientasi kehidupannya terus bergerak ke lapisan sosial atas.

Banyak yang menyamakan 'korea' dengan preman, namun pada dasarnya mereka memiliki perbedaan yang sangat signifikan. 'Korea' dan preman sama-sama memiliki kenekatan, namun modal utama yang mereka gunakan sangat berbeda.

Seorang preman sering kali menggunakan kekuatan fisik dan intimidasi untuk menjadi disegani, sementara 'korea' mengembangkan ilmu kehidupan untuk melenting. Preman membangun ketakutan, sementara 'korea' membangun kenyamanan bagi orang di sekitarnya.

Ilmu kehidupan adalah sekumpulan pengalaman praktis yang digunakan untuk melenting ke atas. Para 'korea' adalah jago kehidupan yang juga sekaligus mencintai kehidupan.

Para 'korea' sering kali menempuh jalan yang tidak lazim untuk masuk ke lapisan sosial atas. Kalau orang yang dihormati di masyarakat memiliki gelar akademik profesor atau guru besar, maka seorang 'korea' juga akan berjuang mendapatkannya. Namun tentunya, mereka menerima gelar tersebut tanpa melalui publikasi jurnal internasional, jam mengajar memadai, dan penelitian ilmiah yang rutin. Kembali lagi pada rumus awal, yang paling penting bagi seorang 'korea' adalah melenting ke atas.

'Korea' dapat mengambil tindakan berani, bahkan keputusan nekat untuk melenting. Apa beda berani dan nekat? Berani adalah sebuah tindakan yang risikonya lebih besar daripada manfaatnya. Sementara itu, kenekatan adalah keputusan yang risikonya tinggi dengan manfaat kecil.

Istilah 'korea-korea' sangat populer di masyarakat Jawa. Konon, katanya istilah ini terkait dengan pasukan Jepang yang berasal dari Korea. Perawakan mereka tidak segagah tentara elit Jepang, namun militansinya sangat tinggi. Seperti yang kita ketahui, Korea juga bangsa jajahan Jepang ketika itu.

Namun secara kultural di Jawa, istilah 'korea' berkembang yang kemudian mengacu pada orang-orang yang berasal dari kelas menengah dan agak bawah, yang mana kehendak subjektifnya sangat luar biasa untuk melenting ke atas. Mereka adalah orang-orang yang punya kejuangan luar biasa untuk keluar dari belenggu kemiskinan.

Kenapa saya menggunakan istilah melenting? Sebab, para 'korea' keluar dari jurang kemiskinan dengan lompatan yang eksponensial. Orientasi kehidupannya terus bergerak ke lapisan sosial atas.

Banyak yang menyamakan 'korea' dengan preman, namun pada dasarnya mereka memiliki perbedaan yang sangat signifikan. 'Korea' dan preman sama-sama memiliki kenekatan, namun modal utama yang mereka gunakan sangat berbeda.

Seorang preman sering kali menggunakan kekuatan fisik dan intimidasi untuk menjadi disegani, sementara 'korea' mengembangkan ilmu kehidupan untuk melenting. Preman membangun ketakutan, sementara 'korea' membangun kenyamanan bagi orang di sekitarnya.

Ilmu kehidupan adalah sekumpulan pengalaman praktis yang digunakan untuk melenting ke atas. Para 'korea' adalah jago kehidupan yang juga sekaligus mencintai kehidupan.

Para 'korea' sering kali menempuh jalan yang tidak lazim untuk masuk ke lapisan sosial atas. Kalau orang yang dihormati di masyarakat memiliki gelar akademik profesor atau guru besar, maka seorang 'korea' juga akan berjuang mendapatkannya. Namun tentunya, mereka menerima gelar tersebut tanpa melalui publikasi jurnal internasional, jam mengajar memadai, dan penelitian ilmiah yang rutin. Kembali lagi pada rumus awal, yang paling penting bagi seorang 'korea' adalah melenting ke atas.

'Korea' dapat mengambil tindakan berani, bahkan keputusan nekat untuk melenting. Apa beda berani dan nekat? Berani adalah sebuah tindakan yang risikonya lebih besar daripada manfaatnya. Sementara itu, kenekatan adalah keputusan yang risikonya tinggi dengan manfaat kecil.

Baca artikel detiknews, "Korea-korea Melentinglah!" selengkapnya https://news.detik.com/kolom/d-7005574/korea-korea-melentinglah.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/