Binar

Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

setahun yang lalu.

Itu menyebabkan saya membiarkan diri "gedhe rumongso" mengaku-ngaku mereka sebagai anak saya, didalam pesawat rohaniyah kegembiraan dan kebanggaan hidup saya dalam penugasan yang ini. Anak-anakku itu terampil dan prigel mengolah Bumi, untuk diakhiratkan. Anak-anakku itu canggih dan tekun mengelola materi dan materialitas tidak menjadi materialisme dan tanpa pernah menjadi materialistis. Anak-anakku yang dilimpahi juguran syafaat oleh Kanjeng Nabi itu sangat memiliki kewaspadaan intelektual dan spiritual untuk tidak menjalani kehidupan ini dengan adrenalis keserakahan mencari laba-laba sebanyak-banyaknya karena beranggapan seolah-olah mereka akan hidup selama-lamanya. Kemudian mengakali dan mengeliminir kerakusannya itu dengan kerajinan ibadah yang dilokalisir dan dimanipulir sebagai satu-satunya tindakan yang bermakna akhirat. Tidak. Anak-anakku Juguran Syafaat mengolah bumi, bekerja keras, mengendalikan materi, untuk justru diakhiratkan, ditemukan makna keabadiannya, ditarikati akurasi keakhiratannya. Anak-anakku Juguran Syafaat menggenggam batu, kayu, logam, lembaran-lembaran dan cairan-cairan, tidak untuk mendirikan Monumen Bumi, melainkan dirohanikan menjadi Kesejatian Sorga. Sebab mereka bukan sekedar "ka-annaka taísyu abadan", seakan-akan hidup selama-lamanya, melainkan "li-annaka taísyu abadan" — karena memang engkau hidup hingga abadi, karena ujung perjalananmu adalah menyatu dengan dan kepada Allah, bahkan meniada "menjadi" Allah, karena engkau dan kita semua tidaklah sesungguh-sungguhnya ada. Dan Allah itu abadi. Siapakah selain Allah yang pasti abadi?

Mbah Nun

11 April 2015
Yogyakarta.

- sent from my Lenovo Android

darinya untukku

Ia menatap ke jalan. Matanya nyalang. Senyumnya tajam. Siap menebarkan api kemana ia pergi. Ransel merah dipundaknya pun penuh dengan mimpi. Pakaian andalannya? Sudah bisa ditebak. Jeans belel dan kaos yang jarang diganti. Penuh dengan tambal sulam pemikiran yang menggelora.

Aku jadi ingin bertanya, apa keinginannya saat ini. Pernah ia berkata, aku ingin menguasai dunia. Ah, ambisius sekali pikirku. Hanya kujawab dengan tegukan kopi.

Waktu baginya pun selalu berjalan dengan cepat. Tik tok tik tok. Berlari melaju, seperti ia yang senang dengan kecepatan motor besarnya. "Dengan ini, aku mengendarai waktu," katanya saat itu.

Hidupnya pun ia buat penuh dengan patokan. Tidak sepertiku yang senang bersantai, ia benci sekali berjalan tanpa tujuan. "Ah, kau membosankan," lepasku malam itu. Ia pun berlalu dengan senyum, "Banyak yang harus kukerjakan."

Ia menatap ke jalan. Matanya terang. Senyumnya dalam. Tidak hanya membawa api, tapi juga siap menebar air, tanah, udara kemana ia pergi. Ransel hitam dipundaknya penuh dengan doa. Pakaian andalannya? Tetap jeans belel dan kaos yang seperlunya berganti. Penuh dengan berbagai persiapan sejak jauh hari.

Kali ini, aku masih ingin bertanya, apa keinginannya. Lalu ia menjawab, "Aku sudah tidak menginginkan apapun untuk diriku." Dan aku hanya tersipu kemudian tertunduk pada kopi.

Kini, waktu baginya berjalan lebih tepat. Tak tik tuk, tak tik tuk. Setepat kecepatan motor 70an kesayangannya. "Dengan ini, aku lebih menghikmahi waktu," terangnya padaku.

Terimakasih untuk segala metamorfosa yang terjadi di hidupmu. Terimakasih untuk hidup yang kau persembahkan untuk kami. Terimakasih untuk semua, kekasihku, sahabatku, rivalku, mentorku, suamiku, dan ayah dari anakanakku. Teruslah hidup. Teruslah urup.

Selamat ulangtahun. Aku mencintaimu, selalu.

#20 : Kemis, Legenda Tukang Kayu

Tak ada kayu yang disentuhnya yang tidak menjadi karya. Tangannya ajaib. Mungkin saudara kandung dengan kayu. Pernah bermain bersama dengan pasah, gergaji dan tatah. Sehingga akrab bukan main.

70% perabot rumah saya dibuatnya. Halus, rapi dan memuaskan. Memang ada orang yang diciptakan demikian. Punya keahlian spesifik tanpa tanding.

Dan dia orang yang sudah tahu, mengapa ia turun ke bumi.


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

#19 : Farid Gaban, Sederhanais

Rumahnya ada di Wonosobo. Bukan rumah gedong, untuk ukuran wartawan senior sukses dan sekarang memimpin majalah baru di Indonesia. Rumah kayu dengan halaman belakang kali, halaman depan kolam ikan. Damai. Tentram.

Farid Gaban mengatakan, hidupnya simple living. Berguru pada Thoreau, filosof Amerika penulis Walden. Sampai saya ketemu, dia tidak memiliki mobil, baginya kalau memang cukup hidup dengan motor, ya sudah. Makan sederhana. Perabot rumah seadanya. Saya lihat sendiri. Ada banyak sekali hal yang bisa saya pelajari darinya. Tentang kesederhanaan hidup.

Meski begitu, ia tidak lepas berkarya. Anaknya kuliah di Jerman.
Ukuran luar biasa.

Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

#18 : Elyas, Papua Itu Saya

Diperawakannya yang atletis, pantas saja, orang Papua selalu kuat berolahraga. Kondisi alamnya yang pegunungan membuat orang Papua selalu bergerak mencari makan. Ketika kemarin saya menonton film dokumenter dari Watcdoc berjudul the Mahuzes, saya semakin percaya Papua itu kaya. Disana tidak perlu menanam atau merawat untuk makan, cukup mengambil seperlunya apa yang ada di alam.

Elyas, teman baik saya ini lulusan Universitas Cendrawasih, Jayapura. Otaknya cerdas, usai S1 dia pergi ke Prancis untuk studi lanjutan. Koneksinya banyak.

Pantas saja, dia kan sekretaris gerakan mahasiswa papua, underbow-nya OPM. Sewaktu bersama, saya tanya, apa kamu mendukung untuk berpisah dengan Indonesia. Lantang ia jawab, ia! Indonesia tidak ada bedanya dengan Belanda, sama-sama penjajah. Mungkin detik itu saya berfikir bahwa dia terlalu termakan propaganda OPM atau doktrinasi seniornya, tapi sekarang saya paham. Betapa Indonesia menjadi hal yang asing di tanah Papua. Yang mereka kenal hanyalah kerakusan orang Jakarta. Patriotisme Elyas pada Papua tidak diragukan lagi. Tanahnya itu tanah Papua.

Yang lebih penting dari itu. Kami tetap bersahabat baik. Saling berkirim kabar. Meski kami nantinya akan berbeda negara, mungkin. Tapi kami junjung satu nilai sama, kemanusiaan. Dan itu yang ia pelajari selama ini.


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android