#8 : indera keseribu

Mengenali Indera
Seorang mekanik sekali melihat sekilas dan mendengarkan suara motor dapat langsung mengerti apa kerusakan yang sedang terjadi. Ya, dalam sekali waktu saja. Beberapa orang diberi daya yang menurut orang lain itu sebuah ‘linuwih’ untuk dapat memahami cuaca dan pergerakan alam. Bahkan sampai ada orang yang bisa membaca tulisan dalam kegelapan. Kalau ini dimasukkan ke dalam kemampuan dasar manusia atau ‘indera’, maka masuk indera yang manakah ini?
Ketika tidur, kita memejamkan mata. Gelap mata kita, tak bisa melihat apapun. Tapi dalam mimpi, kita bisa melihat banyak sekali hal. Bahkan sangat jelas hingga mempunyai warna pula. Apakah kita menggunakan mata jasad kita yang terpejam ini? Tentu bukan. Lalu apa yang sebenarnya membuat kita melihat? ‘Indera’ ke berapa ini?
Pembunuhan Indera
Selama ini orang hanya berfikir bahwa indera manusia itu hanya berjumlah lima. Paling banter ya nam, itupun tidak semua orang punya. Padahal, aslinya ya semua orang diberi kemampuan yang luar biasa canggih. Nenek moyang kita bisa meramal cuaca hanya dengan melihat langit. Simbah kita mampu membaca watak seseorang hanya dengan melihat raut mukanya.
Tapi sekarang, indera-indera yang kita miliki pelan-pelan memudar kemampuannya.  Terjebak kita oleh nafsu emosi, sampai kita tidak bisa mendengarkan suara nurani. Terperosok kita ke dalam jurang duniawi, sampai kita tidak bisa berjalan menuju sejati. Terjerembab kita ke lubang kepraktisan, sampai kita tidak bisa bangkit bersandar yang proses panjang penemuan diri. Manusia menjadi sangat bodoh dan kuno, padahal sejatinya kita ini makhluk yang cerdas dan begitu canggih. Sama saja seperti kita punya handphone canggih terbaru, tapi kita hanya menggunakannya untuk telephone dan SMS saja. Apa gunanya?
Tugas Indera
Manusia dilahirkan bukan semata-mata selesai saja tugasnya menjadi manusia. Ada tugas-tugas selanjutnya yang sangat penting menunggu kita. Misi-misi kehidupan. Itulah mengapa ada tingkatan Makhluk-Insan-Abdullah-Khalifatullah. Bukan saja menjadi manusia, tapi kita bergerak meningkatkan diri menjadi Abdullah hingga ke Khalifatullah. Dan tak ada peningkatan pribadi jika kita tidak mengenal diri kita sendiri. Dibekali apa saja kita oleh Dia. Dan untuk apa bekal itu kita terima.
Khalifah itu adalah manusia dengan tingkat mampu mengenali, mengidentifikasi, hingga menggunakan secara tepat ‘indera-indera’ pemberian Tuhan yang kita punya. Sejatinya dengan saham Tuhan yang ditaruh dalam diri kita, kita bisa membaca semua yang ada di dunia ini. Inilah tugas indera. Membaca Tuhan, alam dan manusia.
Meng-Indera-i

Besar-besaran manusia dibodohkan secara sistematis. Menumpulkan indera-indera yang sebenarnya kita miliki. Hingga untuk memilih pemimpin kita sendiri saja belum bisa bersandar pada suara yang sejati. kita tergiur oleh citra-citra buatan karya manusia. Untuk yang sederhana ini saja kita belum mampu, apalagi untuk bisa mengidentifikasi siapakah juru selamat, Messiah kita sebenarnya? Jangan-jangan kalau kita hidup di jaman nabi, kita tidak bisa membedakan mana Nabi mana perampok jalanan.

#7 : niat beli

istri teman saya menjadi distributor dari sebuah produk kesehatan, bernama kangen water. produk ini berbentuk air, air minum. adapula yang disemprotkan ke tubuh. air ini dipercaya bisa banyak memperbaiki sistem tubuh, karena tubuh kita yang cenderung banyak asamnya, diseimbangkan dengan air ini yang berlarutan basa.
entah bagaimana teori kesehatannya, intinya, saya juga tertarik dengan konsep bisnis ini. saya kemudia meng-invite bbm salah seorang distributor besar mesin yang bisa membuat kangen water ini. jadi dia tidak hanya menjual airnya, tapi yang menguntungkan adalah menjual alat mesinnya.
awal mula tertariknya adalah ketika saya berfikir 'lumayan juga nih, buat sampingan'. bisa buat tambah penghasilan. apalagi produk ini kan juga nolong orang. simpel pikiran saya seperti ini.
saya terus mengikuti update bbm dari distributor ini. setiap hari, ada saja berita bombastis muncul dari update statusnya. ada yang bilang 'baru 10 hari omset sudah 10 juta', '3 bulan beli mesin kangen water, sudah bisa ganti mobil xenia ke mobilio', dan sebagainya. intinya adalah hal-hal yang sangat memikat secara dunia, dan instan tentunya.
lama-kelamaan saya bosan. dan cenderung berfikir ulang, lebih rumit lagi. kalau memang tujuan saya ingin membeli mesin ini untuk menambah penghasilan, jangan-jangan malah nanti bisa salah niat, untuk bisa cari ini cari itu, beli ini beli itu. hanya sekedar materi? sepertinya rendah sekali niatnya. level paling bawah.
hm, jadi serba salah.
saya mesti rampungin dulu urusan niat ini. dan belum jadi membelinya.

#6 : warisan

suatu kali saya bersilaturahim di rumah seorang kawan. rumahnya bagus. luar biasa bagus. tempatnyapun strategis. iya, saya memang sedang membahas tampilan fisik rumah ini. rumah ini berlantai dua. saya melihat lantainya dari granit dengan ukuran 40 cm X 40 cm. saya bisa membayangkan harganya. kayu kusennya pun bagus. kayu keras dan terbaik. besi-besi aksesorisnya tak kalah bagus. untuk letak rumah, bisa dibilang rumah ini ada ditengah kota. bisa terbayangkan berapa harganya.
saya sedang membayangkan, rumah ini tentu bukan milik kawan saya. secara kepemilikan, rumah ini adalah milik orangtuanya. orang tuanya termasuk pedagang sukses. memulai dari bawah sekali, hingga kini bisa menikmati hasil perjuangannya selama ini. saya kembali berfikir, tentunya orang tuanya pasti berjuang mati-matian untuk mencari ini semua. kesuksesan, kejayaan, hidup mapan, rumah, mobil, kehidupan yang terjamin, dan sebagainya. dan tidak lain tidak bukan hanya untuk anak cucu kelak. tentu saja ini semua tidak salah.
saya tidak sedang nyinyir terhadap kekayaan, tidak sedang iri terhadap hidup mapan. hanya saja, saya berfikir, saya sudah sebagai orang tua sekarang, mampukah saya memberikan warisan berharga kepada anak saya? jika mampu, apa bentuk warisan itu?
saya takut sekali, terhadap pencapaian materi. yang saya takutkan adalah, pencapaian yang tidak berimbang dengan kebesaran jiwa. saya membayangkan jika hati dan jiwa saya tidak mampu menerima materi materi yang diberikan Tuhan, sudah pasti saya lupa bahwa itu semua dariNya.
saya ingin sekali kemudian mewariskan kepada anak cucu, tidak melulu materi. tapi justru prinsip hidup yang lebih penting. ada yang disebut dengan idealisme. ada juga sistem tata nilai.
saya ingin anak cucu saya mengetahui, bahwa dibalik semua hasil, ada proses yang lebih penting. kesetiaan diri kita kepada proses yang sedang berjalan. ada semangat produktifitas dan kemandirian. ketidaktergantugan pada warisan materi. sikap ketepatan pengambilann keputusan dalam hidup. prihatin dan mau terus belajar.
saya jadi ingat, bahkan untuk selevel soichiro honda, pendiri pabrik honda, dia tidak mewariskan perusahan dan kekayaannya ke anak cucunya, melainkan menyuruh mereka untuk berusaha sendiri.
kejam? bagi saya inilah esensi pendidikan karakter hidup.