Penggemar Remah-remah

Ini hanya sebuah metodologi. Sebuah strategi. Jadi tak pantaslah jika didewa-dewakan. Toh bukan ini tujuannya. Ada yang lain.

Bunda baru saja menerapkan sistem makan kepada Bumu yang menurut saya cukup aneh. Meskipun juga cukup logis. Bumi setelah umur 6 bulan, menginjak pada usia yang harus mulai dikenalkan dengan makanan. MPASI, makanan pendukung air susu ibu. Makanan yang dikenalkan tentu tidak langsung martabak, rujak atau capucino cincau. Ya bertahap. Mulai dari buah, sayuran, nasi, daging, dan seterusnya.

Setelah belajar, kami mantap menggunakan metode BLW, baby lead weaning. Intinya, bayi memakan sendiri apa yang ada didepannya. Kita tinggal potong-potongkan saja makanannya, tidak perlu dilembutkan. Hanya dikukus. Lalu bayi akan mengambil sendiri makanannya dan memakannya langsung.

Positifnya, dia lebih tahu takarannya dia. Dan mempercepat belajar makan sendiri. Logikanya, mereka sebenarnya punya insting dalam makan, yang justru kadang kita matikan sejenak dengan memberinya makan tidak sesuai ukurannya.

Semenjak itu pula Bumi makan sendiri. Hampir tidak pernah disuapin. Ketrampilan tangannya berkembang cepat. Mengambil makanan tidak salah, langsung dimasukkan ke mulutnya. Lucu bukan main. Nah, begitu ahlinya mengambil makanan, maka ketrampilan selanjutnya setelah mencomot (besar) adalah mencimit (kecil).

Lalu sekarang, apalagi yang dilakukannya kalau bukan operasi sapu remah-remah makanan? Kalau dilarang, malah merangkak menjauh dengan cepat ditambah mlengos. Lah ya bukan marah, tapi malah bikin ketawa kita. Remahan kentang, wortel, nasi, brokoli, tomat dan lain sebagainya. Pernah kemarin makan tanah, batu sampai bebek-bebekkan. Prestasi terakhir makan semut ambil sendiri di ujung pintu.

Fuh, kamu manusia nak, bukan trenggiling!


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

0 kata-kata: