Logika Tani

Diawali dengan kegelisahan Pak Onos akan sawahnya yang luas, tapi susah mendapatkan buruh tandur. Dilanjutkan pada workshop bersama Pak Toto. Semua kita bahas satu persatu prosesnya.

Alhamdulillah, kemarin di Jogja sempat ketemu Cak Dil dan mendapatkan ide segar yang brilian untuk bisa minimal mengatasi awal segala permasalahan ini. Nah kemudian, proses dilanjutkan dengan diskusi internal kami di malam jumat.

Mas Agus menjelaskan bahwa seperti ini tugasnya negara. Menjamin petani bisa hidup. Bukannya mematikan mereka dengan mendukung pabrik-pabrik berdiri dan perumahan-perumahan dibangun. Mas Rifangi, yang memang bertani, bercerita tentang keheranannya dia, kenapa orang tidak bangga bertani. Malah justru memilih menjadi buruh pabrik bulu mata palsu.

Diskusi itu cukup panjang. Dalam diskusi malam jumat kemarin, saya menemukan titik point yang saya anggap cukup apik. Pak Hono cerita, kalau dia dapat warisan berhektar-hektar kebun singkong di Pengadegan, Purbalingga. Seharusnya, tani singkong kan untung, batang singkong yang hanya beberapa centi bisa tumbuh menghasilkan 1-3 kg singkong. Ini kan nilai tambah yang luar biasa. Tapi sampai saat ini, masih tetap rugi.

Ada apa ini? Logikanya, padi dari berapa butir bisa menjadi ratusan butir. Lalu, kenapa masih juga tidak untung?

Ada yang salah. Dan itu ada pada sistemnya.

Mari Mengkaji!


Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

0 kata-kata: