Membeli Petani

Pak Onos, seorang teman dekat saya tinggal di sebuah desa di Kroya, Cilacap. Dia memiliki sawah yang luas, begitupun keluarga. Bersama keluarganya yang tinggal didesa itu, Pak Onos mengolah sawah untuk penghidupan. Hampir 14 hektare total semua tanah itu. Luas. Sangat luas.

Agak menyedihkan mendengarkan cerita terakhirnya, beberapa petak sawahnya tidak bisa ditanam. Bukan karena musim, bukan karena kurang modal, bukan karena kurang bibit. Semata-mata tidak mendapatkan jatah buruh tani tandur. Buruh tani yang hanya menggarap nandur sawah ini sudah sulit dicari.

Tetangganya bahkan indent 2 bulan hanya untuk mendapatkan jatah buruh tani tandur bisa bekerja di tanahnya. Tanah Pak Onos bahkan sudah hampir 2 bulan tak ditanami. Semata-mata hanya menunggu buruh tani tandur yang free.

Buruh tani tandur, sudah langka. Urbanisasi, kurang kaderisasi, moderenitas, bisa kita salahkan cuma-cuma. Lalu, apa iya kita musti impor buruh dari Vietnam, padahal mereka sendiri belajar ke Kita?
Ah. Sedihnya.

Hilmy Nugraha

@hilmyhilmyx

- sent from my Lenovo Android

4 kata-kata:

meita kurniasari mengatakan...

gara2 cerita bang togar di js smlm, bikin aku jd ikut mikir soal keberlangsungan hidup manusia. kalau skrg semua diciptakan jd sarjana pertanian semua njuk sopo sing meh nglakoni nggarap sawahe dewe. cerita bg togar & pak onos bisa buat inspirasi cerita anak2 dsekolah besok ahh. kita perlu terjun kesawah langsung jg mas
:).

meita kurniasari mengatakan...

gara2 cerita bang togar di js smlm, bikin aku jd ikut mikir soal keberlangsungan hidup manusia. kalau skrg semua diciptakan jd sarjana pertanian semua njuk sopo sing meh nglakoni nggarap sawahe dewe. cerita bg togar & pak onos bisa buat inspirasi cerita anak2 dsekolah besok ahh. kita perlu terjun kesawah langsung jg mas
:).

Anonim mengatakan...

myy.. susah ya sekarang, ga ada yang mau jadi petani?

Hilmy Nugraha mengatakan...

@meta : terjun ke sawah, mari membajak!
@filly : iya, tersisa yang tua-tua saja. kebanyakan pengen jadi dokter po ta pil? hehe