Puasa Internet

Kalau sudah mulai berseluncur di internet, rasa-rasanya kok tidak puas berseluncur saja. Bahkan kayaknya seperti mau menyelam saja. Tidak puas mencari hal yang seharusnya kita cari, malah merembet-rember hal-hal yang tak guna. Apalagi jika pakai paket internet yang unlimited. Apa-apa maunya dibuka, apa-apa maunya di klik, apa-apa maunya didownload.

Saya sering demikian. Ketika sedang searching tentang sesuatu, malah merambah ke hal-hal yang tidak berguna. Tiba-tiba membuka portal berita dengan isi kabar picisan. Berpindah ke youtube, musti download musik yang entah apa. Mampir ke torrent untuk download aplikasi yang gunanya buat apa saja tak tahu. Lalu tak lupa blogwalking tidak beraturan. Nah, yang dicari justru tidak ketemu, malah ketemu hal-hal yang lain. Yang tentunya tidak berguna. Atau bahkan jika berguna, itu sedikit sekali. Tidak signifikan dengan tujuan awal.

Lalu musti gimana kalau sudah seperti ini?

Kata Simbah sebenarnya gampang. Mung angel ngelakonine. Puasa Internet. Puasa disini bukan berarti tidak menggunakannya, tapi membatasi diri. Kalau memang butuh informasi tentang perang suni syiah ya tidak perlu merembet ke Denzel Washington atau Emma Watson. Kalau memang perlu untuk mendownload tutorial Cajon di Youtube ya tidak perlu membuka video National Geographic. Jika mengejar berita tentang Politik kok rasa-rasanya tidak penting mampir untuk lihat mobilnya Syahrini itu apa sekarang.

Butuh ini ya cari ini. Sudah dapat, selesai, tutup. Waktu tidak terbuang. Tenaga tidak terforsir. Pikiran tidak terbagi. Kalau sudah merembet-rembet itu main nafsu saja. Nah, pada dasarnya manusia hidup itu memang menahan. Ngempet. Disini letak puasa sebenarnya. Tahu proporsi, mana yang musti ditelan, mana yang harus tidak kita makan. Puasa Internet sepertinya gampang, tapi sebenarnya susah luar biasa. Apalagi bagi kita yang sudah [unya kebiasaan melampiaskan.

22 Juni 2015

0 kata-kata: