Mengenali Indera
Seorang mekanik sekali melihat sekilas dan
mendengarkan suara motor dapat langsung mengerti apa kerusakan yang sedang
terjadi. Ya, dalam sekali waktu saja. Beberapa orang diberi daya yang menurut
orang lain itu sebuah ‘linuwih’ untuk dapat memahami cuaca dan pergerakan alam.
Bahkan sampai ada orang yang bisa membaca tulisan dalam kegelapan. Kalau ini
dimasukkan ke dalam kemampuan dasar manusia atau ‘indera’, maka masuk indera
yang manakah ini?
Ketika tidur, kita memejamkan mata. Gelap mata
kita, tak bisa melihat apapun. Tapi dalam mimpi, kita bisa melihat banyak
sekali hal. Bahkan sangat jelas hingga mempunyai warna pula. Apakah kita
menggunakan mata jasad kita yang terpejam ini? Tentu bukan. Lalu apa yang
sebenarnya membuat kita melihat? ‘Indera’ ke berapa ini?
Pembunuhan Indera
Selama ini orang hanya berfikir bahwa indera
manusia itu hanya berjumlah lima. Paling banter
ya nam, itupun tidak semua orang punya. Padahal, aslinya ya semua orang diberi
kemampuan yang luar biasa canggih. Nenek moyang kita bisa meramal cuaca hanya
dengan melihat langit. Simbah kita mampu membaca watak seseorang hanya dengan
melihat raut mukanya.
Tapi sekarang, indera-indera yang kita miliki
pelan-pelan memudar kemampuannya.
Terjebak kita oleh nafsu emosi, sampai kita tidak bisa mendengarkan
suara nurani. Terperosok kita ke dalam jurang duniawi, sampai kita tidak bisa
berjalan menuju sejati. Terjerembab kita ke lubang kepraktisan, sampai kita
tidak bisa bangkit bersandar yang proses panjang penemuan diri. Manusia menjadi
sangat bodoh dan kuno, padahal sejatinya kita ini makhluk yang cerdas dan
begitu canggih. Sama saja seperti kita punya handphone canggih terbaru, tapi
kita hanya menggunakannya untuk telephone dan SMS saja. Apa gunanya?
Tugas Indera
Manusia dilahirkan bukan semata-mata selesai
saja tugasnya menjadi manusia. Ada tugas-tugas selanjutnya yang sangat penting
menunggu kita. Misi-misi kehidupan. Itulah mengapa ada tingkatan
Makhluk-Insan-Abdullah-Khalifatullah. Bukan saja menjadi manusia, tapi kita bergerak
meningkatkan diri menjadi Abdullah hingga ke Khalifatullah. Dan tak ada
peningkatan pribadi jika kita tidak mengenal diri kita sendiri. Dibekali apa
saja kita oleh Dia. Dan untuk apa bekal itu kita terima.
Khalifah itu adalah manusia dengan tingkat mampu
mengenali, mengidentifikasi, hingga menggunakan secara tepat ‘indera-indera’
pemberian Tuhan yang kita punya. Sejatinya dengan saham Tuhan yang ditaruh
dalam diri kita, kita bisa membaca semua yang ada di dunia ini. Inilah tugas
indera. Membaca Tuhan, alam dan manusia.
Meng-Indera-i
Besar-besaran manusia dibodohkan secara
sistematis. Menumpulkan indera-indera yang sebenarnya kita miliki. Hingga untuk
memilih pemimpin kita sendiri saja belum bisa bersandar pada suara yang sejati.
kita tergiur oleh citra-citra buatan karya manusia. Untuk yang sederhana ini
saja kita belum mampu, apalagi untuk bisa mengidentifikasi siapakah juru
selamat, Messiah kita sebenarnya? Jangan-jangan kalau kita hidup di jaman nabi,
kita tidak bisa membedakan mana Nabi mana perampok jalanan.