Dasar pertimbangan paling tepat untuk dipilihnya seseorang menjadi seorang pemimpin adalah atas dasar pertimbangan wahyu. Raja hutan adalah Macan, karena Macan adalah individu hutan yang mendapat wahyu untuk menjadi pemimpin di hutan.
Proses diangkatnya Macan sebagai raja hutan adalah peristiwa yang alamiah, karena mekanisme hutan berlangsung sesuai dengan sunatullah. Proses tersebut tidak dapat dimanipulasi dengan cara misalnya, tikus membayar segerombolan ayam untuk memacan-macankan si tikus sehingga si tikus mendapat tahta raja hutan.
Berbeda pada proses pemilihan pemimpin di dunia manusia, seseorang yang tidak sinisihan wahyu ke-macan-an berupa modalitas dan karisma kepemimpinan bisa berpeluang menduduki kursi kekuasaan hanya dengan membayar sejumlah uang. Produk kepemimpinan macam apa yang dihasilkan oleh praktik manipulatif seperti itu?
Sementara itu, sistem yang berjalan saat ini benar-benar tidak mempeluangi manusia yang sebetulnya punya potensialitas ke-macan-an untuk menduduki posisi kepemimpinan yang seharusnya.
Proses yang manipulatif itu, saatnya kita alamisasi. Sehingga tidak lagi tikus dipeluangi untuk membayar sekawanan ayam untuk berkoar-koar mengakui tikus itu sebagai macan demi tujuan memperoleh tampuk kekuasaan.
Proses alamisasi tersebut tidaklah semudah membalik telapak tangan, gerakan perubahan di berbagai level gelombang mencoba memperbaiki kondisi manipulatif tersebut tanpa membuahkan hasil. Karena memang persoalan bangsa ini tidak sesederhana yang dibayangkan. Bahwa mengubah Indonesia berarti mengubah peta dan konstelasi dunia. Oleh karenanya, kita butuh untuk meloncat ke kesadaran yang lebih tinggi.
- sebuah Ungkapan Zaman Juguran Syafaat, untuk Banawa Sekar
0 kata-kata:
Posting Komentar