Di tengah hiruk-pikuk dunia sastra Nusantara, tersemat nama yang menggema dengan keunikan dan kedalaman karya: Matu Mona. Lahir dari rahim Medan yang subur, pria ini mengukir sejarah dengan tinta emas pada kanvas literasi Indonesia.
Sejak era kolonial, Matu Mona telah menabur benih-benih kreativitas melalui prosa yang memadukan realitas dan imajinasi. “Rol Pacar Merah Indonesia”, mahakarya yang lahir dari tangannya, merupakan odisei yang membelah zaman, membawa pembaca menyelami liku-liku perjuangan dan asmara yang terjalin di antara riak-riak sejarah.
Bukan hanya seorang penulis, Matu Mona juga merupakan seorang pedagog, jurnalis, dan penggiat seni pertunjukan yang berdedikasi. Kiprahnya dalam dunia pers dan panggung sandiwara menambah warna pada perjalanan hidupnya yang penuh dengan dinamika.
Dalam perjuangan kemerdekaan, Matu Mona tak sekadar berperan sebagai penulis, melainkan juga sebagai patriot yang berjuang dengan semangat yang membara. Kehadirannya dalam Badan Penerangan Divisi XII Surakarta dan pergerakan gerilya di Jawa Timur adalah bukti nyata dari dedikasinya untuk tanah air.
Wafatnya pada tahun 1987 menjadi babak penutup dari saga seorang legenda. Namun, semangat dan karya-karyanya terus berdenyut dalam nadi sastra Indonesia, menginspirasi generasi penerus bangsa.
Matu Mona: Sang Arsitek Kata dari Tanah Sumatera
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 kata-kata:
Posting Komentar