Saya bersama teman-teman menyimpulkan bahwa yang dimaksud pekerjaan Agama bukan hanya sembahyang, puasa, zakat dan haji, melainkan juga mandi, makan yang tepat , berangkat ke tempat kerja mencari nafkah untuk anak istri, menolong siapa saja yang perlu ditolong, bikin koperasi partikelir, menghimpun tukang-tukang ojek dan pedagang kakilima, dan seterusnya.
Itu semua adalah pekerjaan Agama, alias menjalankan perintah Tuhan. Termasuk juga menyelenggarakan perkumpulan bulanan bersama puluhan ribu sahabat-sahabat sebangsa untuk saling mensinergikan kemampuan ekonomi, mencerahkan hati, menata pikiran, memperluas wawasan nasional, serta mengungkapkan apa adanya apa kandungan hati kami tentang kepemimpinan nasional yang berjasa menciptakan kegelisahan-kegelisahan. Itu semua adalah pekerjaan Agama.
Dan karena pekerjaan Agama, maka teman-teman saya yang lain, yaitu para pejuang sosial modern di kota-kota, menganggapnya tidak progresif, tidak kritis, tidak ada hubungannya dengan demokrasi. Maka hanya kami sendiri yang menikmati manfaatnya, padahal kehidupan kami tidaklah untuk kami sendiri, melainkan untuk saudara-saudara sebangsa dan setanah air.
(Emha Ainun Nadjib/Seri PadangBulan (182)/1999/PadhangmBulanNetDok)
Tabik,
Hilmy Nugraha
sent from smartphone
0 kata-kata:
Posting Komentar