cobalah engkau beranjak dari kursi, pergilah ke cermin. sejenak saja. tataplah wajahmu, badanmu, pakaianmu dan seluruh penampilanmu. setidaknya, engkau bisa menyadari satu hal saja : bahwa potongan rambutmu yang seperti itu, jenis dan warna baju dan celanamu, juga seluruh benda yang menempel di badanmu - semuanya adalah sesuatu yang engkau pilih sesuai dengan kesenanganmu.
kemudian edarkanlah setiap pandanganmu ke setiap sisi ruang di dalam rumahmu. perhatikan perabot-perabot, benda-benda, barang-barang dan hiasan yang memperindah rumahmu. ingatlah sebentar di mana dan kapan engkau membelinya atau memperolehnya. lantas, kembalilah ke suatu kesadaran yang tadi itu, bahwa semua benda itu engkau pilih untuk engkau miliki berdasarkan kesenanganmu - kalau engkau berkenan dan sempat - seberapa besar peran kesenangan di dalam kehidupanmu? berapa prosentase ketidaksenangan? dan, akhirnya coba engkau renungkan bagaimana sesungguhnya sikap bathinmu, sikap pikiran dan jiwamu, terhadap kesenangan dan ketidak-senangan.
apakah engkau hidup dan melaksanakannya berdasarkan senang dan tidak senang, ataukah ada nilai lain yang lebih mendasar?
karena dalam hidup ini ada yang lebih sejati sebagai nilai dibanding senang atau tidak senang ialah baik dan harus atau wajib. engkau melakukan sesuatu tidak terutama karena engkau senang, melainkan karena hal itu baik, sehingga wajib engkau lakukan. jadi, kedewasaan dan kematangan kepribadian dalam islam adalah kesanggupan untuk menjalani hidup ini tidak terutama berdasarkan senang atau tidak senang, melainkan berdasarkan baik atau tidak baik.
(CN)
----
Sent using a Sony Ericsson mobile phone
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 kata-kata:
Posting Komentar