mas helmi dan pak toto membuka di awal. menghaturkan hasil dari kenduri cinta dan padang bulan yang kemarin. akan ada ijazah maiyah, sebuah apresiasi untuk pahlawan-pahlawan lokal yang otentik dan idealis.
ada laporan dari komite maiyah, akan adanya event di bangbang wetan, surabaya, 14 november esok. ijazah maiyah akan diberikan kepada cak kartolo, bunda camana dan joko temon. mereka masuk dalam kriteria dari ijazah maiyah.
cak nun memberikan nasihat mengenai tidak perlunya kita memamerkan pondasi rumah, tapi yang perlu ditunjukkan adalah keramahtamahan penghuni rumah. artinya, tidak perlu kita pamer ibadah kita, tapi tunjukkan akhlak kita. ibadah itu input, akhlak itu output.
kemudian, kebudayaan modern tidak bisa mentransfer esensi dari kebudayaan tradisional. setiap manusia tidak mungkin terhindar dari berkesenian. memilih pakaian terbaik saja itu sudah berkesenian.
kata cak nun lagi, filsafat itu tulang belulang kehidupan, dan akal adalah urat syarafnya.
adalagi, lampu besar selalu diletakkan ditempat yang gelap. pun nabi, selalu ditugaskan ditempat dimana peradabannya hancur.
indonesia tidak membutuhkan nabi, karena kita sudah mempunyai kebijaksanaan diatas rata-rata, akal yang cerdas, pemikiran yang visioner, dan peradaban yang maju.
kita sudah bisa menerangi rumah kita dengan lilin-lilin kecil, tanpa lilin besar.
gus yusuf bercerita tentang pemborosan takbir dan pamer keislaman. simpel tapi mengena.
candramalik menyanyikan 3 lagu yang ia tulis karena hidayah dari Allah. ia juga menuturkan pentingnya mengenali diri kita, untuk mengenal Allah. mengenal Allah itu muluk, mengenal diri itu suluk, kutipnya.
kiai kanjeng tampil menarik saat bermain instrumen 'ajar, ajer, ajur', ciptaan mas ari blothong.
ditutup dengan shohibu baiti.
----
Sent using a Sony Ericsson mobile phone
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 kata-kata:
Posting Komentar