"Kita ini wong kere Sri, tak usah lah kau belajar ekonomi yang njlimet itu. Ekonomi itu bagai ilmu langit yang hanya bisa kau cerna dengan laduniyah surgawi. Sedang kamu? Hanya seorang kere dari ayahmu yang kere. Mbahmu kere. Buyutmu kere.
Ekonomi itu rumit. Sepintar-pintarnya kau belajar, kau takkan bisa menguasai 90% perputaran uang dunia yang hanya dipegang oleh 10% manusia di bumi. Kamu hanya bisa melihat, menganalisis kemudian menangis karena ngenes. Kau tulis angka dengan nol belasan dibelakangnya, tapi satu rupiahpun tak kau sentuh itu uang. Kamu hanya jadi kalkulator atas sistem perekonomian global.
Sri, belajarlah menari, tariklah suaramu ke angkasa, kuasailah ilmu seni. Pahami gerak. Olah suaramu. Latih paru-parumu. Luwesmu menjadi senjata hidupmu. Bahasa tubuhmu adalah lelakumu. Renung renungilah dirimu. Kaitkan dirimu dengan alam semesta. Nikmatilah pengembaraan diri dalam dirimu sendiri. Kejar itu semua. Nikmatilah setiap tahapnya. Kamu akan pelan-pelan mengenal asal usulmu sendiri.
Disitulah kamu menemukan kebahagiaan. Kalau kita sudah kere, tak usah bermimpi menjadi kaya. Cukup bahagia saja. Dan itu dengan murahnya kita bisa sekejap mendapatkan. Menari, menyanyi, disitulah kamu bisa bahagia. Kapan saja.", kataku kepada Sri, ditengah tumpukan rongsok dalam rumah.
Hilmy Nugraha
@hilmyhilmyx
- sent from my Lenovo Android