Medley Era - Kiai Kanjeng



Orang boleh stress dengan tekanan hidupnya. Belum lulus kuliah, belum punya pekerjaan, belum menikah, belum punya anak, banyak hutang, atau berbagai dimensi tekanan hidup yang ada. Tapi di Maiyahan, seolah semua terobati oleh Pakde-pakde Kiai Kanjeng. Irama-irama yang disajikan mereka, seakan memompa imun yang tertanam dalam diri kita. Menjalar, mengobati sistem syaraf yang sedikit berbelok menjadi normal kembali.

Dengan apik mereka menggarap lagu Medley Sepanjang Masa. Tidak main-main. Dari tahun 1950 hingga 2010. Tentu bukan ribuan lagu. Tapi diambil yang hits saja. Pilihan-pilihan Kiai Kanjeng amat jitu. Sangat tepat dengan selera kita.

Dihentak dengan irama semangat, lagu Maju Tak Gentar, tahun 50an membawa semangat untuk selalu maju. Usai itu lagu Begadang Jangan Begadang–nya Rhoma Irama, mengingatkan kita pada raja dangdut. Lagu yang diciptakan tahun 70an ini masih relevan didengar hingga kini. Diganjar apik dengan nomor Kisah Kasih di Sekolah–nya Obi Mesakh, gaya 80an terasa kental. Terlihat ibu-ibu muda ikut menyanyikannya dengan penuh semangat.

Yang mengagetkan ketika nomor Putri–nya Jamrud dimainkan oleh Kiai Kanjeng. Seketika itu pemuda-pemuda tahun 90an menyambut dengan sorak sorai penuh tenaga. Irama rock membuat mereka bersemangat. Nuansa pelan memasuki Ruang Rindu-nya Letto. Pelan dan dalam. Lagu Letto memang pas. Lagu tahun 2000an ini hampir semua bisa menyanyikannya. Sebagai puncak, lagu dangdut Suket Teki, dinyanyikan full song bersama, lengkap dengan 'hak e hokya'-nya. Dan hampir semua hapal meski hanya reffrain-nya bahkan beberapa orang turut berjoget.

Irama, suara, melodi, musik menjadi salah satu pemicu kebaikan. Dibeberapa tempat, mungkin musik diharamkan. Tapi di forum sinau bareng, musik adalah media penyambung rasa antar jamaah. Sebuah metode menuju kebahagiaan bersama. Seperti kata Mbah Nun, Sinau dadi wong suwargo. Dimana-mana belajar mengambil kebahagiaan dalam kondisi apapun.





0 kata-kata: