Sering kali, orang tua merasa cemas melihat anak-anak mereka belum lancar membaca, menulis, atau berhitung saat usia mereka mulai masuk sekolah. Padahal, tekanan untuk bisa ini-itu sejak dini malah bisa bikin anak kehilangan esensi masa kecilnya. Anak-anak, pada dasarnya, belajar dari bermain.
Main bukan sekadar hiburan. Lewat bermain, anak-anak mengembangkan banyak hal penting. Mereka belajar memahami lingkungan sekitar, mengasah kreativitas, hingga membentuk kemampuan sosial. Yang sering dilupakan, bermain juga membantu anak-anak mengelola emosi mereka. Waktu main sebenarnya nggak kalah penting dari belajar akademis, bahkan lebih krusial di usia dini.
Sejatinya, secara fitrah, kegiatan anak adalah bermain. Lewat permainan, mereka sebenarnya belajar yang sesungguhnya. Mereka bermain dengan sepenuh hati, dengan fokus dan keseriusan yang jarang disadari orang dewasa. Di dalam permainan, anak-anak mengasah logika, strategi, sampai komunikasi dengan teman-temannya. Inilah cara mereka memahami dunia.
Masalahnya, tekanan untuk "belajar lebih cepat" kadang membuat orang tua merasa harus segera memperkenalkan baca tulis hitung sejak awal. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa perkembangan anak itu nggak perlu dipaksakan. Belajar itu bisa datang dengan sendirinya—di saat mereka sudah siap.
Jadi, daripada memaksa anak belajar baca atau berhitung sebelum waktunya, yuk beri mereka ruang untuk bermain dan eksplorasi. Biarkan mereka membangun imajinasi tanpa batas, karena dari sinilah kreativitas dan rasa ingin tahu mereka akan tumbuh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 kata-kata:
Posting Komentar