Daur 221
“Apakah penderitaan manusia dan kesengsaraan rakyat tidak merupakan
bentuk persembahan kepada Tuhan agar dibalas dengan pembelaan? Apakah
penggelapan sejarah, kekacauan pengelolaan, keterbuntuan manusia dan
kebingungan rakyat, tidak merupakan semacam sesaji kepada Allah yang
membuat-Nya menunjukkan kasih sayang dan pemihakan?”
daur 220
Markesot tersenyum. Wajahnya bersemangat. “Anak-anak muda wajib ikut
campur, sebab kalian adalah pelaku utama masa depan, sekaligus yang
paling menanggung akibat-akibat dari apa saja yang dilakukan oleh
Bapak-bapak kalian di masa kini. Kalian memang wajib menemukan peluang
untuk sedini mungkin turut berproses dalam setiap pengambilan keputusan
di masa kini. Kalian harus mengantisipasi untuk jangan sampai diwarisi
bencana yang dihasilkan oleh keputusan-keputusan yang salah dari
generasi sebelum kalian”
Pemimpin Derita
“Karena dunia hanyalah sepenggal sangat pendek dari rentang waktu alam
semesta yang direntangkan oleh Allah. Karena dunia bukanlah ujung waktu
yang tak terbatas. Karena manusia akan tidak mungkin menghindar atau
mengelak untuk diseret oleh tak terbatasnya keabadian, demi mengalami
sebab akibat dari setiap perbuatannya. Saya termasuk orang yang tidak
sabar memandang ke depan, dan saya mohon maaf bahwa kalian semua
terseret oleh ketidaksabaran saya. Sebenarnya saya menyesal terlanjur
menjadi pemimpin derita kalian semua. Tapi saya berpandangan itu lebih
baik daripada kita bergembira dan berpesta pora di tengah kegelapan yang
terancam oleh amarah Tuhan, meskipun waktunya entah kapan….”
Daur 219
Daur 219
Langganan:
Postingan (Atom)