dari kiri :
Hilmy, Eriz, Bram, Galih
foto diambil waktu kita kelas 3.
foto diambil waktu kita kelas 3.
aku membaca karena aku mewajibkan diriku untuk menulis
buat sekarang, ayok kita berjuang dulu. kita tunjukkin ke dua orang tersayang itu, kalau kita bisa bertahan dengan jalan yg dipilih. nggak mudah, tapi aku tau kamu bisa.
Kalau memang bagimu kehidupan adalah perjuangan untuk berkuasa dan mengalahkan saudara-saudaramu sendiri; kalau memang bagimu kehidupan adalah mengincar dan menikam punggung saudaramu sendiri dari belakang; kalau memang bagimu kehidupan adalah mengganti monopoli di tangan orang lain dengan monopoli di tanganmu, atau menggusur hegemoni di genggaman orang lain menjadi hegemoni di genggamanmu, atau mengusir macan untuk engkau macani sendiri — maka pertanyaanku, apakah itu adalah tawaran dari nurani dan kesadaranmu agar kita percepat saja proses untuk saling musnah memusnahkan
Tuhan berhak memaparkan suatu gejala yang pada repetisi kesekian dihipotesiskan oleh manusia sebagai jenis "perilaku" Tuhan atas nasib manusia. Tapi Tuhan juga berhak kapan saja melanggar rumusan apapun yang pernah Ia berikan. Bahkan Tuhan seratus persen tidak berkewajiban untuk berbuat adil kepada siapa pun, karena Ia tidak terikat atau bergantung pada pola hubungan apapun dengan siapa pun, yang secara logis membuat-Nya wajib bertindak adil.
Namun Ia selalu sangat adil kepada siapa pun, dan tindakan adil-Nya itu bukan karena Ia wajib adil, melainkan karena Ia sangat sayang kepada makhluk-Nya.
Disaat manusia berlomba-lomba menampilkan eksistensi dirinya dalam panggung kehidupan yang penuh kepalsuan dan hipokrisi, Maiyah sanggup membuang dirinya dan tak dianggap oleh siapapun. Ia bersedia ketlingsut. Maka, ketika orang-orang ramai-ramai membicarakan satrio piningit, mereka tak sadar bahwa satrio piningit itu sebenarnya telah tiba.
Copyright © menjadi Hilmy Nugraha
Theme by BloggerThemes & | Design by awfy