kalau ada seminar atau diskusi, atau mungkin konsultasi pribadi, atau mungkin obrolan di warung, atau bercengkrama dengan sahabat atau handai-taulan. setiap kali kita merumuskan masalah. kemudian kita menggagas, mengurai dan meraba-raba kemungkinan solusi. ketika solusi hampir tersentuh. biasanya ada satu dua celetukan di sekitar kita, 'tapi sulit itu'. seolah-olah kesulitan adalah sesuatu yang tidak boleh ada dalam kehidupan kita.

saya ingin mengatakan kepada anda, 'loh, kenapa kalau sulit? kalau sulit terus tidak kita kerjakan? memangnya apa yang tidak sulit? memangnya melahirkan anak tidak sulit? memangnya menempuh hidup ini tidak sulit? memangnya yang tidak sulit apa? kenapa kesulitan menjadi fobi kita? kenapa kita tidak mencoba akrab-akrab untuk mengantisipasi kesulitan kita?'. jadi kesulitan tidak usah dijadikan trauma. memang kesulitan adalah teman hidup kita. dan kita harus mampu memperlakukan kesulitan sampai dia kita taklukan sehingga menjadi kemudahan.

karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. dan jarak antara kesulitan dan kemudahan, sesungguhnya bersama atau sesudah kesulitan tetap mendapat kemudahan. untuk itu siapa yang melakukan transformasi dari kesulitan menjadi kemudahan. Tuhan saja? atau anda juga? saya kira ada kerjasama antara Tuhan dengan kìta. jadi Tuhan menjamin bahwa itu akan bisa dari sulit menjadi mudah. tetapi kerja kita atau bagian kita adalah menemukan metode, menemukan cara, menemukan etos, menemukan posisi batin, akal pikiran sehingga kita mampu menemukan transformasi diri dari sulit menjadi mudah. jadi ayat Allah bekerjasama dengan kita. kita sendiri adalah partner si ayat itu tadi. jadi kesulitan tolong jangan jadi trauma. kesulitan adalah sesuatu yang sehari-hari menjadi milik kita dan oleh karena itu kita terus menerus berlatih dan belajar untuk menjinakkannya, menaklukannya.

(CN)


---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone

1 kata-kata:

Unknown mengatakan...

Andai saja jikalau umpama andaikata tidak ada orang yang mengeluh dengan mengatakan ini sulit itu sulit dan tapi, maka sia-sialah ilmu itu di turunkan ke dunia, semakin banyak orang ngeluh semakin banyak kita belajar dan berbagi dengan mereka, apalagi lulusan Amd atau sarjana, yang diharapkan dari sampeyan-sampeyan itu adalah bisa menjadi pendekar yang mau turun gunung untuk membagikan apa yang sudah didapat, memecahkan gentong-gentong rasa takut dan kebodohan di cluster bawah. jangan ajak mereka untuk berhenti mengeluh tapi berilah mereka sedikit dari apa yang panjenengan tau agar kemudian apa yang mereka takutkan dan keluhkan itu bisa ilang karena sebuah kebenaran dan keyakinan bukan sekedar karena ajakan yang setengah hati.