Niat Leyeh-leyeh

Kalau saya pergi bekerja, biasanya tujuan terbesar saya adalah santai setelah bekerja. Leyeh-leyeh sambil minum kopi, ngobrol ngalor ngidul, dan mendengarkan keroncong. Bahkan kalau bisa tidak bekerja malah santai sepanjang waktu. Ini mental terburuk manusia jaman ini. Saya sering mengalaminya.

Lantas apa yang salah? Ya salah. Karena kita belum bisa mengolah diri kita. Kenapa yang disebut leyeh-leyeh itu menjadi tujuan, sedang bekerja tidak? Dan yang terjadi adalah, ketika kita mendapat pekerjaan yang sebenarnya saat kita berniat santai, pikiran kita ruwet menggerundel tidak karuan. Niatnya apa dapatnya apa. Mau santai malah disuruh ini itu. Tidak sesuai keinginan.

Mengapa tidak bisa kita temukan kebahagiaan pada saat melakukan sesuatu? Mengapa tidak bisa kita temukan keindahan pada saat berkeringat? Mengapa tidak bisa kita temukan kenikmatan pada saat kelelahan bergerak? Mengapa tidak bisa kita temukan kesejatian pada saat menghadapi pekerjaan?

Saya rasa ini akar permasalahan etos kerja kita selama ini. Berjuta orang berniat santai untuk menjadi tujuannya. Akhirnya mati-matian bekerja tidak dengan menikmati pekerjaannya, tapi dengan angan-angan santai setelah itu. Lalu dibangunlah impian bahwa pekerjaan itu menyiksa, santai itu nikmat luar biasa. Jika ini berlaku, etos kerja manusia turun seturun turunnya.

Kalau hidup ini kita anggap pekerjaan dari Tuhan, apa iya kita diciptakan di bumi ini untuk santai? Sedang pekerjaan didepan mata, menata peradaban, mengatur bumi dan isinya, sesuai gelar kita, Khalifah di muka bumi.

Berat kan? Iya, kalau niatnya leyeh-leyeh.

23 Juni 2015
Sendiri di rumah. Sepi.

0 kata-kata: